Opini
Tentang Lafran, HMI, dan Keindonesiaan
Krisis ini jugalah yang tengah dihadapi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia.
Pada satu kesempatan ia berkata "saya Lillahi Ta'ala untuk Indonesia".
Kalimat itu ia lontarkan di saat banyak kelompok-kelompok resisten terhadap perjuangannya.
Penegasan yang dilakukan oleh Lafran bukan sebatas kata-kata, tetapi juga terjewantahkan menjadi sebuah kenyataan.
Ia menyadari sepenuhnya bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan sesuatu yang datang secara cuma-cuma, tetapi lahir dan diwujudkan melalui perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan.
Bagi Lafran, esensialisme kebudayaan bangsa Indonesia tidak lepas dari nilai-nilai Keislaman yang cenderung mengarah pada segala bentuk kebenaran dan kebaikan.
Melalui HMI, Lafran menyebarkan spirit perjuangan keislaman dan keindonesiaan. Lafran Pane menaruh harapan besar terhadap HMI agar mampu mencetak seorang muslim yang berjiwa Nasionalis dan berkarakter Islam.
Sebagai bangsa besar yang penuh keberagamaan, bangunan kebudayaan kita tidak lepas
dari persepsi kita tentang sang pencipta, alam semesta, dan manusia itu sendiri.
Semuanya bermuara pada keindahan, kedamaian, ketenteraman, atau yang pada istilahnya kita kenal sebagai budi pekerti luhur.
Lafran Pane menanamkan pentingnya merawat keberagamaan, menjaga keutuhan NKRI, dan terlibat dalam melakukan rekayasa sosial yang berdasar pada muatan-muatan keislaman.
Melalui tulisan ini, saya mengajak seluruh kader HMI untuk menghadirkan kesadaran baik dalam diri dan menyebarkannya ke orang-orang sekitar untuk melawan segala bentuk kezaliman yang nampak.
Hal ini dapat diaktualisasikan dalam setiap gerak HMI. Baik dalam nuansa kaderisasi, maupun gerakan keislaman lainnya.
Bahwa setiap gerak HMI haruslah memuat kepentingan bangsa dan Negara yang bermuara pada hal-hal baik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.