Opini
Tentang Lafran, HMI, dan Keindonesiaan
Krisis ini jugalah yang tengah dihadapi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia.
Saat memasuki kelas tujuh, Lafran meneruskan sekolahnya di HIS Muhammadiyah, kemudian lanjut di Sekolah Tinggi Islam. (STI).
Sebelum lulus, Lafran berpindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada April 1948 yang sekarang bernama Universitas Gadjah Mada.
Di STI, tepatnya pada 05 Februari 1947, Lafran Pane membentuk dan mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam.
Saat itu, HMI didirikan dengan cita-cita mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam.
Cita-cita tersebut menjadi dasar pemikiran dan gagasan besar Lafran Pane tentang keislaman dan keindonesiaan.
Tak heran jika ia pernah bertitah "dimanapun engkau berkiprah tak ada masalah, yang penting semangat keislaman-keindonesiaan itu yang harus engkau pegang teguh".
Film Lafran: Kisah dan Perjuangan Sosok Pahlawan Nasional
Film Lafran menceritakan perjalanan hidup Lafran Pane semasa kecil hingga menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan di usia muda.
Dikisahkan, saat berusia 2 Tahun, Lafran Pane kehilangan sosok perempuan yang menjadi cinta kasihnya, yaitu ibunya.
Berselang beberapa tahun kemudian, ia kembali kehilangan sosok perempuan yang ia cintai, neneknya.
Kehilangan dua sosok perempuan lembut, membuatnya menjadi “pemberontak” atas kondisi ketidakadilan yang
menuntut dia harus pindah ke berbagai sekolah.
Bahkan, Lafran sempat menjadi petinju jalanan lantaran tidak lagi mendapatkan asuhan yang baik.
Kehidupan Lafran seperti tidak memiliki masa depan, namun berkat dorongan kakak dan ajaran Islam, Lafran tidak hanyut dalam situasi itu.
Ia tumbuh menjadi anak muda yang penuh pikir dan spirit.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.