Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Waspadai Peningkatan Kasus Sifilis

Banyak Ibu yang mengalami infeksi sifilis dan malangnya hanya sekitar 40 persen yang mendapatkan akses pengobatan.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/dr airah amir
Dokter IGD RSUD Kota Makassar dr Airah Amir. 

Oleh:
dr Airah Amir
Dokter IGD RSUD Kota Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Sebelum ditemukannya antibiotik penicillin, sifilis merupakan suatu penyakit serius yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti artritis atau radang sendi, kerusakan otak dan kebutaan. (https://makassar.tribunnews.com)

Penyakit sifilis atau raja singa telah dikenal sebagai penyakit yang banyak terjadi di masa lalu dan bahkan telah nyaris dilupakan.

Apalagi secara medis terapi antibiotik telah ditemukan untuk mengatasi penyakit ini sehingga secara data seharusnya penyakit ini telah dieradikasi secara menyeluruh.

Namun, fakta berkata lain, Kementerian Kesehatan RI dalam rilisnya melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) mengatakan jumlah pasien sifilis meningkat tajam dalam kurun waktu 5 tahun yaitu mengalami kenaikan sekitar 70 persen yang pada tahun 2016 terdapat 12.000 kasus dan pada tahun 2022 ditemukan sebanyak 20.783 kasus.

Penderita sifilis paling banyak ditemukan pada lelaki seks lelaki (LSL) mencakup 28 persen, Ibu hamil sebanyak 27 persen dan pasangan berisiko tinggi sebanyak 9 persen.

Selanjutnya pada Wanita Pekerja Seks (WPS) sebanyak 9 persen, Pelanggan Pekerja Seks (PPS) sebanyak 4 persen, Injection Drug Users (IDUs) sebanyak 0,15 persen, waria 3 persen dan kelompok lainnya 20 persen. (katadata.co.id)

Sedangkan populasi penderita secara rentang umur, terdapat 63 persen kasus terjadi pada usia produktif yaitu usia 25 hingga 49 tahun, sedangkan pada anak usia kurang dari 4 tahun sebanyak 3 persen, usia 5-14 tahun 0,24 persen dan remaja usia 15–19 tahun sebanyak 16 persen. (katadata.co.id)

Penyakit ini dapat menyebar melalui hubungan seksual yang berisiko dan seks sesama jenis menyumbang 28 persen dari keseluruhan penyebab terjadinya sifilis yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius jika tidak diobati dengan tepat.

Sifilis lebih banyak menular akibat hubungan seksual dengan penderita penyakit ini, juga melalui kontak fisik di tubuh penderita dan disebut sebagai sifilis dapatan.

Sedangkan janin yang memiliki risiko untuk terinfeksi penyakit ini jika dilahirkan dari ibu yang terdiagnosa sifilis disebut sebagai sifilis kongenital yang menyebabkan 69 hingga 80 persen bayi mengalami abortus bahkan lahir dalam keadaan meninggal.

Artinya banyak Ibu yang mengalami infeksi sifilis dan malangnya hanya sekitar 40 persen yang mendapatkan akses pengobatan.

Gejala sifilis dapat muncul setelah 2 hingga 4 minggu setelah terinfeksi yaitu timbul luka kecil di alat kelamin, anus, maupun mulut penderita tempat bakteri masuk. Luka ini kadang tidak disadari oleh penderita namun telah dapat menulari pasangan. Gejala awal ini disebut sebagai sifilis primer.

Sedangkan sifilis sekunder terjadi dalam rentang waktu 2 sampai 10 minggu sejak awal terinfeksi. Gejala yang dapat timbul adalah demam, terdapat ruam merah pada telapak tangan dan kaki serta bercak luka pada area genital.

Terdapat pula keluhan seperti nafsu makan yang menurun diikuti penurunan berat badan. Gejala ini dapat berlangsung selama 1 hingga 3 bulan dan dapat berlanjut hingga 1 tahun.

Tahap berikutnya adalah sifilis laten yang terjadi jika sifilis sekunder tidak diobati dan dapat berkembang menjadi sifilis tersier karena bakteri tetap ada dalam tubuh.

Pada tahap tersier, gejala muncul bertahun-tahun setelah infeksi pertama kali dan menyebabkan infeksi pada berbagai organ vital tubuh dan menyebabkan infeksi pada otak dan dapat menyebabkan kebutaan dan kelumpuhan. Tahap ini adalah tahap yang paling berbahaya.

Menarik untuk membahas penyebab dari meningkatnya kasus sifilis ini. Apalagi kasus terbanyak ditemukan pada usia produktif dan bahkan remaja dan anak-anak juga tak luput dari infeksi ini dan menjadi ancaman serius bagi generasi muda.

Cukupkah dengan mengatasi masalah ini dengan memberikan edukasi pada generasi muda yang dinilai belum memiliki pemahaman yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas?

Ataukah urgen bagi kita untuk menilisik penyebab kasus sifilis ini dari akar masalahnya? Sebab secara data penyumbang kasus sifilis justru didominasi akibat perilaku seks bebas dan perilaku seks menyimpang.

Meningkatnya penderita sifilis utamanya pada anak menggambarkan bahwa anak yang dilahirkan menjadi korban perilaku buruk dari orang dewasa yaitu praktik seks bebas atau berganti pasangan yang merupakan faktor risiko penularan infeksi menular seksual.

Hal yang sejalan dengan kondisi saat ini dimana kebebasan berperilaku dijunjung tinggi atas nama kebebasan berpendapat dan berperilaku.

Untuk mengatasi masalah ini, solusinya harus menyeluruh pada individu, masyarakat, dan negara.

Pertama, individu yang beriman akan meninggalkan perbuatan dosa termasuk perzinaan dan menghindari perilaku seks menyimpang. Kedua, masyarakat harus turut serta dalam meningkatkan kesadaran tentang sifilis.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyebarkan informasi tentang sifilis dan cara mencegahnya, baik melalui media sosial maupun secara langsung kepada keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.

Selain itu, masyarakat juga harus membantu pemerintah dalam mengatasi masalah sifilis, seperti dengan melaporkan kasus sifilis yang terjadi di lingkungan sekitar.

Juga masyarakat dapat berperan dalam mencegah terjadinya sifilis dengan melakukan kontrol terhadap keimanan individu.

Ketiga, negara harus memperbanyak edukasi kepada masyarakat tentang bahaya seks bebas dan perilaku seks menyimpang, lebih jauh negara harus berani menutup akses seks bebas seperti prostitusi sebab tidak dapat dimungkiri penyakit menular seksual justru banyak timbul dari praktik prostitusi.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved