Opini
Temu Rahasia Gus Dur- Peres di Bandara Halim
Indonesia bukannya tidak berupaya mendamaikan Iasrael-Palestina, melainkan secara diam-diam Presiden Abdurrahman Wahid Gus Dur kontak dengan Peres.
Tadinya mobil ditumpangi Peres langsung masuk ke parkiran bawah tanah hotel, namun sopir dan polisi memutuskan Peres akan masuk dari pintu utama hotel.
Setibanya di lobi Grand Hyatt, mata Peres tertumpu pada Grand Cafe dan langsung melangkah ke sana, mengajak rombongan minum sebentar.
Seorang penyanyi baru menyelesaikan satu lagu kenal dengan wajah politikus Israel itu dan berucap kepada semua pengunjung kafe, “Mari kita sambut kehadiran Tuan Shimon Peres!”
Meski begitu, Peres beruntung awal milenia kedua ini belum ada media sosial di Indonesia.
Alhasil, wajahnya belum terlalu dikenal masyarakat Indonesia walau beragam kabar mengenai konflik Palestina-Israel akrab di telinga banyak orang.
Kalau saja sudah ada media sosial, tentu sulit merahasiakan kehadiran Peres di Jakarta. Foto-fotonya bakal bertebaran di Twitter atau Facebook.
Besok paginya, Peres bertemu Gus Dur dalam acara makan pagi selama dua jam di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah.
Peres berpakaian formal dan Gus Dur berencana menghadiri kegiatan Pramuka setelah selesai agenda dengan Peres, berseragam Pramuka.
Dalam pertemuan itu, Peres lebih banyak berbicara mengenai situasi terkini di Timur Tengah dan Gus Dur sedikit bertanya.
“Pertemuan itu lebih mirip penyampaian situasi di Timur Tengah oleh Peres ketimbang sebuah diskusi,” ujar Shahaf.
Tidak ada pertukaran hadiah antara Gus Dur dan Peres. Di sela pertemuan, Shahaf memberitahu Gus Dur, Perdana Menteri Israel ingin bertemu dirinya di sela konferensi di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan depan. Rencana itu terwujud.
Sehabis bertemu Gus Dur, Peres pelesiran ke Taman Mini Indonesia Indah, dilanjutkan dengan jamuan makan siang tertutup dihadiri 20-15 orang perwakilan dari polisi, tentara, akademisi, dan lembaga non-pemerintah.
Pertemuan Gus Dur-Peres tidak ada beritanya di media. Sebelum terbang kembali ke Tel Aviv, Peres empat membeli sejumlah dasi bermotif batik.
Di bulan itu pula, Gus Dur menerima lawatan pemimpin Palestina Yasir Arafat.
Kepada Peres dan Arafat, Gus Dur menawarkan Indonesia menjadi mediator dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Namun Gus Dur mengakui hambatan terbesar mengenai status Yerusalem.
Pertemuan Gus Dur dengan Peres dan Arafat di Jakarta pada Agustus 2000 berlangsung di momen penting.
Kunjungan kedua tokoh itu terjadi sebulan setelah Perjanjian Camp David gagal dan sebulan menjelang meletupnya Intifadah Kedua lantaran kedatangan rombongan Menteri Luar Negeri Israel Ariel Sharn ke Al-Aqsa.
Lawatan Peres ke Jakarta merupakan kunjungan tokoh Israel kedua setelah Perdana Menteri Yitzhak Rabin menemui Presiden Soeharto pada 1993 di rumah pribadinya di kawasan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.
Pertemuan Gus Dur dengan Peres dan Arafat di Jakarta menyampaikan dua pesan: kalau mau menjadi penengah, Indonesia harus berdialog dengan kedua pihak.
Indonesia juga harus dan pantas dilibatkan sebagai mediator dalam proses perdamaian Palestina-Israel.
Begitulah, narasi historis yang mungkin dapat memperkaya wawasan kita. Sekarang, semuanya telah terjadi. Nasi sudah jadi bubur.
Kita memang sudah melakukan persiapan sarana dan prasarana pertandingan sebagai tuan rumah PD U-20.
Namun abai mempersiapkan reaksi politis masyarakat yang belum siap menerima “sport without politic”, olahraga tanpa politik. (*).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.