Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bincang Kota

Kabid Perlindungan Anak DP3A Makassar: Pelaku dan Korban Pembunuhan Anak Salah Pola Asuh

Sulfiani Karim menyebut, peristiwa penculikan dan pembunuhan anak di bawah umur merupakan dampak dari salah pola asuh orang tua.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun Timur
Bincang Kota Tribun Timur, Jagai Anakta Waspada Kejahatan oleh Kepala Bidang Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar, Sulfiani Karim   

Kata dia, anak kalau masuk dalam hal seperti itu pastinya ada yang salah dalam proses ataupun pengasuhan anak.

"Karena kita bisa lihat anak itu membunuh untuk mendapatkan uang,  dengan adanya kejadian ini selain pola asuh anak yang salah juga tidak ada pengawasan dari orang tua. Kemungkinan dipengaruhi dari keluarga atau gaya hidup anak," ulasnya.

 DP3A Makassar Catat 332 Anak Alami Kekerasan Selama 2022

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar mencatat 332 anak di Makassar alami kasus kekerasan selama 2022.

Mulai dari kekerasan fisik, psikis, seksual, penelantaran, hingga eksploitasi.

"Ini cukup besar, kalau kekerasan terhadap orang dewasa hanya skitar 80," ungkapnya.

Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa anak selalu saja menjadi korban kekerasan, padahal anak harusnya dilindungi.

Ia menduga, salah satu sebabnya karena pola asuh orang tua terhadap anak yang salah.

Penyebab tingginnya kasus kekerasan terhadap anak biasanya didasari dari tidak terpenuhinya hak anak.

Pernikahan dini juga menjadi salah satu bentuk kekerasan terhadap anak.

Ada banyak orang tua yang memaksakan kehendak untuk menikahkan anaknya karena ingin cepat lepas tanggung jawab.

Padahal anak belum siap untuk menjalani fase pernikahan. Pernikahan dini juga dipicu karena pergaulan bebas.

"Banyak kejadian pernikahan dini, anak gendong anak, jadi masih anak-anak sudah menikah. Ini faktornya pergaulan bebas, keinginan orang tua yang ingin menikahkan anaknya karena orang tua  ingin melepas tanggung jawab," ulasnya.

Kenapa sampai terjadi anak salah didik sampai perceraian karena mereka masih muda, belum siap secara mental untuk jadi orang tua.

"Mereka masih mau bermain, dari segi organ reproduksi juga belum matang, sehingga anak yang menikah muda biasanya mudah bercerai juga," pungkasnya. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved