Opini Tribun Timur
Konstruksi Makna Moderasi Beragama di Tanah Nusantara
Pemaknaan kata moderasi beragama, kata yang sering sekali didengar hingga kata ini menjadi semacam campaign (kampanye)
Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawanya.
Oleh karenanya, setiap agama selalu membawa misi damai dan keselamatan.
Untuk mencapai itu, agama selalu menghadirkan ajaran tentang keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Agama juga mengajarkan bahwa menjaga nyawa manusia harus menjadi prioritas, menghilangkan satu nyawa sama artinya dengan menghilangkan nyawa keseluruhan umat manusia.
Moderasi beragama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Kedua, ribuan tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka warna kulit, tersebar di berbagai negeri dan wilayah.
Seiring dengan perkembangan dan persebaran umat manusia, agama juga turut berkembang dan tersebar.
Karya-karya ulama terdahulu yang ditulis dalam bahasa Arab tidak lagi memadai untuk mewadahi seluruh kompleksitas persoalan kemanusiaan.
Sehingga, dibutuhkan moderasi beragama sebagai bentuk konstruksi pemahaman.
Ketiga, khusus dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan untuk merawat keindonesiaan.
Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk
kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terbukti telah berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa dan budaya.
Indonesia disepakati bukan negara agama, tetapi tidak dapat memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya.
Moderat sering disalahpahami dalam konteks beragama di Indonesia.
Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak teguh pendirian, tidak serius atau tidak sungguh-sungguh dalammengamalkan ajaran agama.
Ketidakadilan Pemantik Kericuhan Sosial |
![]() |
---|
Panggilan Jiwa Presiden Mengisi Perut Rakyat Terus Melaju |
![]() |
---|
Bukan Rapat Biasa, Ini Strategi Cerdas Daeng Manye Mencari 'The Next Top Leader' di Takalar |
![]() |
---|
1 Juni: Pancasila Tetap Luhur, Walau Inter Milan Amburadul |
![]() |
---|
Cinta yang Hilang: Bahasa Diam Dalam Hubungan Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.