Opini Tribun Timur
Konstruksi Makna Moderasi Beragama di Tanah Nusantara
Pemaknaan kata moderasi beragama, kata yang sering sekali didengar hingga kata ini menjadi semacam campaign (kampanye)
Meski demikian, gesekan akibat keliru mengelola keragaman tak urung kadang terjadi.
Di Indonesia dalam era demokrasi yang serba terbuka, perbedaan pandangan dan kepentingan di antara warga negara yang beragam dikelola sedemikian rupa.
Sehingga semua aspirasi dapat tersalurkan sebagaimana mestinya.
Demikian halnya dalam beragama, konstitusi dapat menjamin kemerdekaan umat beragama dalam memeluk dan
menjalankan ajaran agama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya masing-masing.
Konflik berlatar agama ini dapat menimpa berbagai kelompok atau mazhab dalam satu agama yang sama (sektarian atau intra-agama), atau terjadi pada beragam kelompok dalam agama-agama yang berbeda (komunal atau antaragama).
Biasanya, awal terjadinya konflik berlatarbelakang agama ini disulut oleh sikap saling menyalahkan tafsiran dan
pemahaman, yang merasa benar sendiri, serta tidak membuka diri pada tafsir dan pandangan yang lainnya.
Pentingnya Mewujudkan Moderasi Beragama di Lingkungan Kampus.
“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan praktek beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejewantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,”.
Sebagaimana kutipan Prof Dr Ali Ramdhani pada Rabu, 30 Maret 2022.
Ditambahkan pula terdapat empat indikator moderasi beragama, yaitu toleransi, anti kekerasan, penerimaan terhadap tradisi dan komitmen kebangsaan.
“Apabila empat indikator tersebut terpenuhi, kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai dan toleran menuju Indonesia maju bukan lagi menjadi hal yang mustahil,” ujarnya.
Mengapa Penting Moderasi Beragama?
Secara umum, jawabannya adalah karena keragaman dalam beragama itu niscaya, tidak mungkin dihilangkan.
Ide dasar moderasi adalah untuk mencari persamaan dan bukan mempertajam perbedaan.
Jika dielaborasi lebih lanjut, setidaknya tiga alasan utama untuk menghidupkan moderasi beragama:
Bukan Rapat Biasa, Ini Strategi Cerdas Daeng Manye Mencari 'The Next Top Leader' di Takalar |
![]() |
---|
1 Juni: Pancasila Tetap Luhur, Walau Inter Milan Amburadul |
![]() |
---|
Cinta yang Hilang: Bahasa Diam Dalam Hubungan Digital |
![]() |
---|
Menjalani Ramadan: Berbenah Dalam Bulan Pendidikan |
![]() |
---|
Nostalgia 78 Tahun HMI: Kanda Dimana, Kita Iya Dinda Dimana? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.