Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Saparuddin Santa

Opini Saparuddin Santa: Sepak Bola dan Insting Politik Golkar

Sudah menjadi cerita umum, bahwa di setiap kontestasi politik, para pendukung fanatik sepakbola, khususnya PSM, akan menjadi rebutan para politisi.

TRIBUN-TIMUR.COM/KASWADI
Suasana pertandingan PSM lawan Persebaya di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, Sabtu (10/9/2022) malam. Diketahui kemenangan besar PSM Makassar atas Persib Bandung di Stadion BJ Habibie Pare-Pare pada pekan ke Tujuh Liga I Indonesia dengan skor telak 5-1 pada 29 Agustus 2022 dan hingga pekan kedelapan masih menjadi Tim Liga I yang belum pernah kalah, telah memantik obrolan panjang lebar di beberapa warung kopi (warkop) Makassar. 

Jika Nurdin Halid masih mau maju menjadi kandidat Gubernur Sulsel 2024, bukan tidak mungkin, dengan pengalamnnya yang sangat matang di level politik nasional dan memahami betul demografi politik di Sulsel, bisa dan akan kembali merebut hati para pendukung fanatik bola, khususnya pendukung PSM.

Tulisan ini tidak bermaksud menyeret para pendukung setia PSM ke ranah politik.
Penulis percaya bahwa olahraga, khususnya sepakbola, punya istananya sendiri.

Sepakbola adalah hal utama, sebuah ekspresi hobby dan bahagia yang tidak punya padanan bagi para pencintanya, sementara politik adalah hal lain yang tidak memiliki hubungan batin dengan olahraga itu sendiri.

Di Sulsel, dalam tradisinya yang heroik, PSM adalah candu bagi penikmat bola, PSM adalah jiwa dari sebuah kebanggaan menjadi orang Sulsel.

Hendaknya, siapapun yang mau melihat PSM di banggakan oleh seluruh warga Sulsel, harus fokus pada tujuan akhir dari kompetisi itu sendiri, yaitu menjadi juara.

Kalaupun ada efek elektoral ke Calon atau tokoh tertentu, itu adalah bonus dari keikhlasan memperjuangkan PSM menjadi juara. EWAKO PSM.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved