Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

9 Wilayah Adat di Seko Luwu Utara, Dipimpin Tobara, Tokei, dan Tomakaka

9 Wilayah Adat di Seko Kabupaten Luwu Utara, Dipimpin Tobara, Tokei, dan Tomakaka

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif
Humas Pemkab Lutra
Rombongan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani saat berada di Puncak Sodangan, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. 

Di wilayah ini, Tampak tak menemukan anjingnya lagi. Dia kemudian membuat kolam untuk memelihara ikan. Tapi kemudian air kolam tersebut selalu keruh.

Kolam itu akhirnya dikenal dengan nama Mabubu hingga sekarang masih ada dan dimiliki seseorang.

Kekeruhan kolam itu, akhirnya diketahui Tampak karena ulah beberapa dayang (dewi) yang selalu datang mandi.

Baju salah satunya, dicuri - seperti kisah Jaka Tarub di Jawa – Tampak menikahi salah seorang dewi itu. Tampak dan sang dewi melahirkan dua orang anak.

Mereka bertumbuh dan besar, dan kemudian menyebar di seantero Seko. Sang Dewi, kemudian meninggalkan Tampak melalui longa (jendela di bagian bawah atap rumah adat) ketika melanggar perjanjian karena dalam kemarahan pada anaknya, menyebutkan jika sang istri adalah mahluk halus.

Sementara versi yang paling tenar adalah kedatangan Ulu Pala. Seorang dengan tangan yang berbulu. Dia berasal dari Kanandede, wilayah dekat Rongkong.

Ulu Pala diasuh seorang pasangan suami istri. Pada suatu ketika, orang tua angkat Ulu Pala yang berhutang pada orang Toraja mendatanginya.

Ulu Pala menaklukkan penagih hutang itu dengan teka teki. Setelah itu, orang Toraja menyebar fitnah jika Ulu Pala adalah seorang anak yang tak bisa membawa keberuntungan.

Orang tua Ulu Pala termakan hasutan tapi memilih tak membunuhnya. Dia kemudian membawa Ulu Pala dan diasingkan ke wilayah yang sekarang masuk Seko Tengah.

Ulu Pala yang kesepian membuat gambar di sebuah batu, yang saat ini dikenal sebagai Hatu Rondo.

Dan akhirnya seorang dewi mendatanginya lalu mereka menikah dan bermukim di kampung tua bernama Bongko.

Toponim Bongko saat ini masuk dalam wilayah Dusun Kampung Baru, Desa Padang Balua. Hasil penelitian awal yang dilakukan Balai Arkeologi Sulawesi Selatan pada 2015, di Situs Bongko ditemukan tinggalan arkeologis berupa batu monolith yang kemungkinan berfungsi sebagai umpak-umpak batu.

Batu monolith ini tersebar secara tidak berpola, sebagian besar umpak ini telah rebah dan tertimbun dalam tanah.

Untuk menemukan umpak batu ini sangat sulit, mengingat keletakannya yang saat ini berada dalam hutan yang agak lebat.

Temuan lain adalah fragmen tembikar yang tersebar cukup banyak di permukaan situs.

Hal inilah yang menarik bahwa cerita tutur yang disampaikan oleh Tobara terkait dengan sejarah Seko, dapat dibuktikan secara arkeologis sebagaimana hasil penelitian awal Balai Arkeologi Sulawesi Selatan di Situs Bongko.

Tinggalan arkeologis disana mengindikasikan adanya jejak aktifitas manusia pada masa lalu.

Hal ini tentunya menjadi potensi pengembangan khususnya terkait penelitian arkeologi dan sejarah di Seko.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved