Tribun Wiki
9 Wilayah Adat di Seko Luwu Utara, Dipimpin Tobara, Tokei, dan Tomakaka
9 Wilayah Adat di Seko Kabupaten Luwu Utara, Dipimpin Tobara, Tokei, dan Tomakaka
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif
Terdapat tiga babakan kisah awal mula orang Seko.
Pertama adalah seorang Matua (orang tua) berjalan dari wilayah Mamasa Sulawesi Barat.
Alkisahnya orang itu meninggalkan kampung karena terjadi peperangan bersama para pengikutnya berjalan hingga ke gunung Sandapang di Kalumpang (Sulawesi Barat).
Orang Tua ini kemudian terus berjalan hingga membawa empat orang anaknya, dan bermukim di wilayah Seko Padang.
Empat anak itu masing-masing; Tabalong yang menjadi kampung Amballong.
Tahayane yang kemudian mendiami kampung Hoyane. Kemudian Tahaneang seorang anak perempuan yang menghuni kampung Pohoneang.
Lalu seorang Tampak yang menghuni Seko Padang wilayah Eno.
Untuk kisah Tampak, dia adalah anak yang senang berburu.
Suatu hari Bersama anjingnya, dia duduk memandangi kawasan lembah Seko Padang-pada mulanya adalah danau.
Anjingnya tiba-tiba bergerak dengan lincah dan memburu seekor rusa.
Tak disangka, rusa itu terjatuh dalam sebuah kolam dan kemudian si anjing ikut turun ke kolam.
Akhirnya, Tampak melakukan mudihata (semedi).
Dia memanggil kepiting, belut dan beberapa hewan air lainnya, untuk membuka tamolang (saluran air).
Kolam itu akhirnya menjadi kering, dan menjadi daratan.
Anjing itu terus berusaha memburu rusa. Tampak mengikutinya dan sampai di wilayah yang bernama Taloto – dalam bahasa lain Talotong atau orang yang lidahnya hitam.