TRIBUN TIMUR WIKI
Apa Itu Virus Nipah? Disebut Jadi Pandemi Baru, Asal, Gejala dan Bahayanya, Sudah Masuk Indonesia?
Lantas asal dari mana ini Virus Nipah? Apakah berbahaya dan gejalanya apa? Sudahkah masuk Indonesia?
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
"Manusia dan anjing liar berjalan di bawah sarang-sarang, terpapar urine kelelawar setiap hari," kata Veasna Duong.
Kontak manusia dengan kelelawar juga ditemukan di berbagai tempat lainnya.
"Kami mengamati (kelelawar buah) di sini dan di Thailand, di pasar-pasar, tempat ibadah, sekolah, dan lokasi turis seperti Angkor Wat - ada sarang besar kelelawar di sana," ujarnya.
Angkor Wat yang biasa dikunjungi 2,6 juta orang setiap tahun, berarti 2,6 juta kesempatan bagi virus Nipah untuk melompat dari kelelawar ke manusia setiap tahun, hanya di satu lokasi. Dari 2013 hingga 2016, Veasna Duong dan timnya meluncurkan program pemantauan GPS untuk memahami kelelawar buah dan virus Nipah, dan membandingkan aktivitas kelelawar Kamboja ke kelelawar lain di wilayah-wilayah 'hotspot' lainnya.
Di antara wilayah-wilayah ini adalah Bangladesh dan India.
Kedua negara pernah mengalami wabah virus Nipah, yang kemungkinan besar terkait dengan kebiasaan meminum jus kurma.
Pada malam hari, kelelawar yang terinfeksi terbang ke perkebunan kurma dan menghisap sari buahnya saat keluar dari pohon.
Saat mereka makan, mereka biasanya kencing di pot pengumpulan.
Warga setempat yang tidak tahu apa-apa membeli jus dari pedagang keesokan harinya, meminumnya dan terinfeksi oleh virus Nipah.
Belum terdeteksi di Indonesia
Sejauh ini virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia.
Meskipun pada 1999 wabah virus nipah pernah merebak di Malaysia.
Virus nipah ketika itu menyebar di Semenanjung Malaysia pada ternak babi dan manusia.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnewsmaker.com