TRIBUN TIMUR WIKI
Apa Itu Virus Nipah? Disebut Jadi Pandemi Baru, Asal, Gejala dan Bahayanya, Sudah Masuk Indonesia?
Lantas asal dari mana ini Virus Nipah? Apakah berbahaya dan gejalanya apa? Sudahkah masuk Indonesia?
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
Termasuk virus Nipah yang diduga dibawa oleh sejenis kelelawar pemakan buah.
"Ini sangat mengkhawatirkan karena belum ada obatnya dan tingkat kematian yang disebabkan virus ini tinggi," kata dia, Rabu (27/1/2021) seperti dikutip dari BBC.
Supaporn dan tim menemukan, tingkat kematian virus Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, tergantung lokasi terjadinya wabah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini juga sedang meninjau daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat kesehatan masyarakat untuk memutuskan prioritas anggaran riset dan pengembangan mereka.
Mereka fokus pada patogen yang paling mengancam kesehatan manusia, yang berpotensi menjadi pandemi, dan yang belum ada vaksinnya.
Ada beberapa alasan yang membuat virus Nipah begitu mengancam.
Periode inkubasinya yang lama (dilaporkan hingga 45 hari, dalam satu kasus) berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, tidak menyadari bahwa mereka sakit, untuk menyebarkannya.
Dapat menginfeksi banyak jenis hewan, menambah kemungkinan penyebarannya.
Dapat menular baik melalui kontak langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah dapat mengalami gejala-gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang dan lesu, dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian.
Singkatnya, ini adalah penyakit yang sangat berbahaya bila tersebar.
Kepala Unit Virologi di laboratorium penelitian Institut Pasteur di Phnom Penh, Kamboja, Veasna Duong menyebut manusia dapat terpapar virus Nipah melalui kontak dengan kelelawar.
"Setiap interaksi manusia dengan kelelawar dapat dianggap sebagai interaksi berisiko tinggi. Paparan seperti ini dapat menyebabkan virus bermutasi, yang dapat menyebabkan pandemi," ujarnya.
Misalnya di pasar Battambang, kota di Sungai Sangkae di barat laut Kamboja.
Ribuan kelelawar buah hinggap di pepohonan sekitar pasar, berak, dan kencing pada apapun yang lewat di bawahnya. Bila diamati dari dekat, atap kios-kios di pasar penuh dengan tahi kelelawar.