Ironis, Bukan Daerah Terpencil Tapi Jenazah Warga di Takalar Ditandu Pakai Sarung 5 Kilometer
Diduga, tidak adanya ambulans sehingga jenazah ditandu. Letak desa ini sendiri tidak terpencil alias mudah dijangkau dengan kendaraan.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, TAKALAR - Sekelompok warga menandu jenazah sejauh lima kilometer di Desa Pattoppakakkang, Kecamatan Manggarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Jenazah Daeng Kanang (58), warga Desa Cikoang, Kecamatan Mangarabombang ditandu dari puskemas menuju rumah duka yang berjarak lima kilometer.
Baca: Tak Bisa Pakai Ambulans, Supriyadi Gendong Jenazah Keponakannya ke Rumah, Rumah Sakit Sempat Larang
Baca: Potret Miris Kabupaten Polman, Jenazah Ditandu Belasan Kilometer karena Jalan Rusak
Diduga, tidak adanya ambulans sehingga jenazah ditandu. Letak desa ini sendiri tidak terpencil alias mudah dijangkau dengan kendaraan.
Daeng Kanang meninggal ketika berobat di Puskesmas Pattoppakakkang, Sabtu (31/9/2019) petang.
Baca: Untuk Mendapat Pelayanan Puskesmas, Warga Tombolo Pao Gowa Harus Ditandu 5 Kilometer
Baca: Kemendagri Akan Berhentikan Bupati Takalar, Pelanggarannya Berat
Nyawanya tidak tertolong akibat menderita nyeri ulu hati, sakit perut, dan mual muntah. Kesehatan menurun selama satu hari satu malam.
Jenazah Daeng Kanang dibawa pulang keluarganya dengan ditandu pakai sarung.
Peristiwa ini viral di media sosial Takalar. Para sanak keluarga tampak menangis ketika menandu jenazah Daeng Kanang.
Salah seorang tokoh Masyarakat Takalar, Ahmad Asis menyayangkan kejadian di PKM Pattoppakang ini.
Pemulangan jenazah dengan sarung dinilai sebuah ironi di tengah wacana pelayanan yang didengungkan Pemkab Takalar.
Baca: Miris, Bawaslu Makassar Ternyata Belum Punya Kantor Permanen, Selama Ini Numpang di Gedung PKK
Menurutnya, sanak keluarga yang terkena musibah kematian dinilai membutuhkan pelayanan kemanusiaan dari pemerintah.
"Kita berharap ini jadi pembelajaran bagi Dinkes Takalar agar bisa introspeksi memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat Takalar," katanya Senin (2/9/2019).
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Takalar dr. Nilal Fauziah menyampaikan, pengantaran jenazah dilakukan paling lambat 90 menit usai menghembuskan napas terakhir.
Baca: Kemendagri Pastikan Bupati Takalar Lakukan Pelanggaran
Menurutnya, kejadian itu berlangsung ketika waktu Magrib tiba. Sopir ambulans baru dipanggil dari rumahnya.
"Tapi keluarga sudah terlanjur marah-marah. Kejadiannya Magrib," katanya kepada Tribun, Senin (2/9/2019).
Nilal melanjutkan bahwa dalam kondisi yang panas itu, petugas tetap menyiapkan peralatan untuk mengangkut jenazah Daeng Kanang.