Amankan 1 Kursi DPRD Luwu Timur, Alpian: Ini Suara Hati Nurani
Calon legislatif (caleg) Hanura nomor urut 1, Alpian mengamankan satu kursi di DPRD Luwu Timur lewat Pemilu 2019.
Penulis: Ivan Ismar | Editor: Munawwarah Ahmad
TRIBUNLUTIM.COM, BURAU - Calon legislatif (caleg) Hanura nomor urut 1, Alpian mengamankan satu kursi di DPRD Luwu Timur lewat Pemilu 2019.
Jurnalis online dan surat kabar regional ini maju di daerah pemilihan (dapil) II Wotu-Burau.
Baca: Awalnya Dicemooh, Adila Persembahkan Gelar Puteri Pariwisata Sulsel 2019 untuk Luwu Timur
Baca: Gara-gara Isu Mahar, PSU di TPS 10 Jalajja Luwu Timur Ikut Dipantau Warga Luar
Kursi ke-6 diamankan setelah Hanura memperoleh suara partai sekitar 2.683 suara.
Unggul dari PKB dan Demokrat yang berebut kursi ke-7.
Alpian meraup suara terbanyak sekitar 987 suara disusul rekannya sesama partai caleg nomor urut 3, Eva Wahyuningsih sekitar 822 suara. Data sesuai real count C1 tim Alpian.
Alpian berterima kasih kepada pemilih yang sudah memilihnya sesuai dengan hati nuraninya tanpa embel-embel dibelakangnya.
"Ini suara hati nurani bung!," kata Alpian kepada TribunLutim.com, Sabtu (27/4/2019) sore.
Saat sosialisasi, Alpian menyampaikan ke calon pemilih agar memilihnya sesuai hati nurani bukan menggadaikan suara karena uang atau money politic.
"Saya tidak punya uang untuk urusan money politik, itu membodohi masyarakat,"
"Dari awal saya memang mengajarkan pemilih tidak menggadaikan suara dengan uang," imbuhnya.
Sebagai informasi, Alpian banyak memperoleh suara di Desa Lampenai, Kecamatan Wotu.
Diberitakan, Jumat 12 April 2019, Relawan Alpian di Dusun Benteng, Desa Lampenai, KecamatanWotu, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) menolak politik uang atau money politik.
Alpian tidak lain adalah calon legislatif dari Partai Hanura nomor urut 1 untuk daerah pemilihan Kecamatan Burau-Wotu.
Warga juga menyebar spanduk di gang atau lorong bertuliskan HARAM MENERIMA Serangan Fajar atau menerima politik uang.
Koordinator aksi, Amril mengatakan politik uang membodohi masyarakat dan menciptakan anggota dewan yang tidak berkualitas.