Opini
50 Tahun Pesantren Modern IMMIM
Sebulan kemudian, pada 5 Safar 1395 H/17 Pebruari 1975 M, diresmikan kampus putri di Minasate’ne Pangkep.
Sebagian lagi terjun di dunia bisnis, serta aktifitas profesional umum lainnya.
Juga di antaranya, ada yang duduk di lembaga yudikatif, sebagai hakim dan jaksa. Ada pula yang duduk di kursi lembaga legislative sebagai wakil rakyat, tingkat daerah hingga pusat.
Serta di eksekutif pada level kepala daerah, eselon bawah hingga atas. Bahkan di antaranya berkiprah di militer, tentara dan polisi, berpangkat terbawah hingga level jenderal, sekalipun itu.
Tentu saja, kiprah alumni Pesantren Modern IMMIM di berbagai ragam level kedudukan dan ranah itu, tidaklah serta merta.
Tetapi konsokuensi dari konsistensi sebuah proses, atas cita-cita ideal sejak awal dicanangkan.
Memilih berhaluan modern untuk mencetak “ulama intelek dan intelek ulama”.
Mendalami IMTAQ simultan menguasai IPTEK. Berwawasan luas, moderat dan toleran. Itulah keniscayaan sebuah visi mendepan yang kini berbukti dan telah mewujud nyata.
Tantangan Baru
Seiring perkembangan zaman, pilihan sama belakangan ikut menjadi pilihan banyak pesantren.
Tak lebih kurang, menjadi rujukan berubahnya statuta dan haluan system pendidikan di sekian perguruan tinggi Islam.
IAIN misalnya, semula institut yang focus pada penguasaan ilmu agama, kini mewujud universitas. Mengintegrasikan penguatan ilmu agama dan penguasaan ilmu umum.
Demikianlah wajah, harapan baru system pendidikan Islam Indonesia. Namun sisi lain, terkhusus bagi Pesantren IMMIM, sekalian menjadi tantangan baru dalam menapak perjalanan selanjutnya.
Selain telah banyak pesantren berhaluan yang sama, pula kini telah banyak lembaga pendidikan menengah -- non-pesantren tanpa “boarding school” -- juga memilih system dan model serupa.
Tantangan lain, terbitnya kaidah baru dari pemerintah, menuntut setiap pesantren memilih satu kiblat. Berkiblat di bawah naungan Departemen Agama, ataukah oleh Departemen Pendidikan?
Itulah butir paling terkecil, namun substantif. Mau tak mau, mesti cermat disiasati oleh Pesantren Modern IMMIM -- semula berkiblat ganda, kini “dipaksa” berkiblat tunggal -- andai ingin tetap eksis dan konsisten pada khittahnya.
Ikhtiarnya sejak awal berdiri, mencetak “ulama intelek dan intelek ulama”.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/20251101-Armin-Mustamin-Toputiri-Founder-dan-Ceo-Toaccae-Institute.jpg)