Opini
LSM Melapor, Guru Dipenjara, Presiden Mengampuni
Tulisan Rusdianto Sudirman menyorot polemik dua guru Luwu Utara: legalitas berjalan, keadilan tertinggal…
Polemik pemecatan dua guru di Luwu Utara masih menjadi cermin buram hubungan antara hukum, politik, dan nurani dalam tata kelola aparatur sipil negara.
Dalam pusaran itu, muncul oknum yang mengaku LSM sekaligus memposisikan diri sebagai wartawan lapangan.
Dengan memakai legitimasi semu, mereka menyusuri sekolah dan kantor pemerintah untuk menyoroti potensi pelanggaran.
Namun alih alih memberi edukasi dan pengawasan, mereka kerap menggunakan pemberitaan sebagai alat tekanan.
Setiap kelalaian kecil, setiap dokumen yang belum lengkap, dan setiap upaya darurat demi keberlangsungan sekolah dapat berubah menjadi headline yang dibingkai negatif.
Hal ini menciptakan iklim tidak sehat, di mana guru, kepala sekolah, dan birokrat bekerja bukan untuk melayani, tetapi untuk menghindari jebakan pemberitaan.
Akan tetapi sebagaimana kerap terjadi dalam dunia pendidikan, realitas di lapangan tidak sesederhana teks undang undang.
Banyak keputusan administratif di sekolah diambil dalam situasi kabur dan serba darurat.
Dua guru di luwu utara, dalam pandangan sebagian masyarakat, bukan penjahat publik, melainkan sosok yang terjerat karena upaya membantu operasional sekolah yang seharusnya mendapat dukungan, bukan hukuman.
Namun yang memperkeruh suasana adalah oknum yang mengaku LSM dan sekaligus wartawan yang gemar memburu kesalahan kepala sekolah dan guru.
Dengan kombinasi otoritas moral palsu dan akses pemberitaan yang tidak terkontrol, mereka sering datang bukan untuk mengawasi, tetapi untuk mencari celah.
Setiap kelalaian administratif, setiap penggunaan dana yang belum sempat dirampungkan laporannya, setiap keputusan darurat demi kelangsungan kegiatan pendidikan, dapat berubah menjadi alat tekanan.
Di tangan mereka, cerita tentang usaha memperbaiki sekolah akan terpotong, diganti oleh narasi tentang pelanggaran dan penyimpangan.
Fenomena ini menciptakan iklim ketakutan.
Guru dan kepala sekolah tidak lagi bekerja untuk kemajuan murid, tetapi sibuk menghindari jebakan pemberitaan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/2025-10-14-Rusdianto-Sudirman.jpg)