Teropong
Konsisten
Ketidakkonsistenan ini berlangsung tanpa adanya pengawasan yang ketat dan serius.
Negeri ini digerogoti oleh para penjahat secara beramai-ramai. Sudah begitu banyak kehilangan aset.
Misalnya saja Pertamina terjadi korupsi sebesar 968 Triliun rupiah, Timah 271 T, Antam 185 T, Asabri 22 T, dan Kemensos 17 T. Korupsi masih tersebar di mana-mana.
Kemunculan Menkeu RI yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa lewat gebrakan ala cowboy. Ia berani bersuara tegas dan lantang.
Banyak yang tersengat dengan sentilannya. Para penggarong negara mulai terganggu tidurnya.
“Saya tidak pernah berniat menyerang siapapun. Tetapi kalau kebenaran dianggap serangan, mungkin kita terlalu lama hidup dalam kebohongan”, ujarnya dengan tegas.
Lebih jauh Purbaya mengatakan bahwa: “Rakyat tidak pernah hutang listrik, tapi PLN rugi. Rakyat beli tiket pesawat cash, tetapi Garuda rugi. Rakyat beli bensin cash, tetapi Pertamina rugi. Saya akan bongkar semuanya.”
Kita berharap langkah tegas diteruskan. Jangan sampai kendor karena adanya tekanan dari mana-mana.
Seorang kawan jamaah di masjid dekat rumah penulis, mantan Dekan Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin - Dr. Ir. Hamzah Sanusi MSc- berkomentar singkat tentang Menkeu Purbaya. “Bagus, berani, menyelamatkan uang negara.”
Langkah tegas Purbaya didukung oleh Presiden RI ke-8 Prabowo Subianto. Para koruptor akan ditindak tegas. “Tidak ada korupsi yang tidak bisa disentuh”.
Presiden Prabowo dalam banyak pidatonya selalu membuat jantung kita deg-degan. Dihadapan prajurit, Prabowo menyinggung adanya Jenderal Maling. Jenderal Kapal Keruk.
Semoga Prabowo menjadi dirinya sendiri, tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain. Sebagai presiden, ia tidak boleh lengah dengan lingkungan sekitarnya.
Musuh negara akan beradaptasi menjadi kawan setia. Mereka mencari celah yang akan diterobos.
Presiden Prabowo betul-betul harus membuktikan omon-omonnya tanpa memandang bulu, siapapun perusak negara ini.
Guru spiritual kami di masjid, Ustadz Sanusi berharap agar Prabowo dan Purbaya tetap konsisten.
Sebaliknya, Luhut Binsar Panjaitan, tampaknya kurang mendukung Operasi Tangkap Tangan terhadap Koruptor. “Bersih amat. Di surga aja luh kau”, katanya.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.