Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Perempuan dan Pola Parenting Literasi Digital Keluarga

Di tengah arus revolusi digital yang kian deras, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang nyaris tak bisa dipisahkan dari layar.

|
Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
PENULIS OPINI - Guru PAI di MTsN 1 Tana Toraja, Sudarmin Tandi Pora’. Dia menulis opini tentang pentingnya literasi digital. 

Perempuan bisa menciptakan digital family agreement yang berisi kesepakatan waktu layar (screen time), zona bebas gawai di rumah, hingga aktivitas non-digital bersama keluarga.

Mencari alternatif lain aktivitas yang akan meningkatkan kemampuan inovasi dan psikomotorik anak sehingga secara otomatis mampu meningkatkan daya kerja jiwa dan raga.

4. Fasilitator pembelajaran digital

Di era hybrid learning, ibu bisa menjadi penghubung antara anak dan teknologi pembelajaran, termasuk mengajarkan anak menggunakan alat-alat AI, platform edukatif, dan konten inspiratif yang mendukung perkembangan holistik.

5. Emotional support system

Banyak anak yang mengalami cyberbullying atau tekanan sosial akibat interaksi di dunia maya.

Ibu yang hadir secara emosional bisa menjadi pelindung dan penyembuh luka-luka digital yang tak terlihat.

Sebuah bentuk kekerasan yang tidak nampak secara fisik namun mampu menimbulkan trauma kejiwaan terhadap anak jika tidak segera ditangani.

Sinergi Keluarga

Meski perempuan memiliki peran vital, pendidikan digital anak adalah kerja kolektif.

Ayah sebagai kepala keluarga juga harus terlibat.

Ayah dan ibu perlu hadir sebagai tim yang solid, tidak saling melempar tanggung jawab.

Sementara itu, kakak-adik pun bisa saling menjaga dan berbagi pengetahuan.

Keluarga perlu membangun budaya digital yang sehat dengan komunikasi terbuka, keterlibatan aktif, dan penguatan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, serta empati.

Ini sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang relevan untuk membentuk karakter digital bangsa.

Merdeka Digital 

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, dan kini bangsa ini menghadapi tantangan baru: kemerdekaan digital.

Kemerdekaan bukan berarti bebas tanpa arah, tetapi berdaulat dalam memilih dan memilah informasi, serta membentuk ruang digital yang sehat dan beradab.

Perempuan, dengan segala kepekaan dan ketangguhannya, adalah benteng pertama sekaligus agen perubahan dalam keluarga.

Merekalah yang mampu menjembatani dunia nyata dan dunia digital anak-anak kita.

Ketika perempuan bergerak, keluarga tercerahkan. Ketika keluarga tercerahkan, bangsa pun berdaulat.

Saatnya perempuan Indonesia melangkah lebih jauh, dari dapur ke ruang digital, dari pengasuh ke pendidik literasi digital.

Karena masa depan bangsa ada di genggaman mereka baik secara harfiah maupun simbolik.(*)

 

Bottom of Form

Sumber: Tribun Timur
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved