Opini
Perempuan dan Pola Parenting Literasi Digital Keluarga
Di tengah arus revolusi digital yang kian deras, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang nyaris tak bisa dipisahkan dari layar.
Dalam keseharian, respons emosional seorang ibu, baik berupa senyuman, pelukan, maupun kata-kata peneguhan dapat membentuk karakter dan kesehatan mental anak dalam jangka panjang.
Bahkan dalam proses pengambilan keputusan dan pembentukan nilai-nilai moral, peran ibu sangat dominan karena anak cenderung meneladani apa yang dilihat dan dirasakan dari sosok yang paling dekat dengannya.
Dari pangkuan ibu, nilai-nilai kehidupan ditanamkan.
Di era digital, peran ini meluas menjadi pendamping utama dalam interaksi anak dengan teknologi.
Berdasarkan hal tersebut perempuan yang dalam hal ini seorang ibu bukan hanya sosok yang mengatur waktu bermain gadget anak, tapi juga menjadi kurator konten, fasilitator pembelajaran, hingga role model dalam bermedia sosial.
Pada konteks ini, perempuan dituntut menjadi “digital savvy mom”, Orang tua tidak cukup hanya bersikap pasif atau mengiyakan secara otomatis ketika anak meminta izin mengunduh aplikasi, melainkan perlu memiliki literasi digital yang memadai untuk menilai manfaat, risiko, dan kesesuaian konten tersebut dengan usia dan kebutuhan anak.
Ibu seyogyanya memiliki pemahaman yang jelas tentang ekosistem digital tempat anaknya tumbuh.
Peran Kunci Perempuan
Dengan kesadaran tentang pentingnya melek digital bagi seorang ibu akan meminimalkan berbagai dampak negatif dari gawai yang loss control.
Adapun beberapa kunci perempuan dalam literasi digital keluarga adalah:
1. Filter informasi keluarga
Di tengah tsunami informasi, perempuan menjadi kurator konten utama bagi anak. Mereka bisa mengajarkan prinsip think before click, mengenali hoaks, serta memahami pentingnya sumber informasi terpercaya.
2. Role model dalam etika digital
Anak meniru, bukan mendengar. Ketika orang tua, khususnya ibu, mampu menunjukkan sikap bijak dalam menggunakan media sosial yang tidak menyebar kebencian, menjaga privasi, dan menghormati orang lain maka anak akan belajar dari contoh nyata.
3. Pengatur batas dan ritme digital
| Sumpah Pemuda: Memahat Batu Nisan KNPI!? |
|
|---|
| Semangat Sumpah Pemuda di Era Validasi |
|
|---|
| Soeharto dan Gelar Pahlawan: Antara Jasa dan Luka Bangsa |
|
|---|
| Hapus Roblox dari Gawai Anak: Seruan Kewaspadaan di Tengah Ancaman Dunia Virtual |
|
|---|
| Mendobrak Tembok Isolasi: Daeng Manye, Perjuangan Tanpa Henti untuk Setiap Jengkal Tanah Takalar |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.