Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Perempuan dan Pola Parenting Literasi Digital Keluarga

Di tengah arus revolusi digital yang kian deras, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang nyaris tak bisa dipisahkan dari layar.

|
Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
PENULIS OPINI - Guru PAI di MTsN 1 Tana Toraja, Sudarmin Tandi Pora’. Dia menulis opini tentang pentingnya literasi digital. 

Sudarmin Tandi Pora’

Guru PAI di MTsN 1 Tana Toraja

DI tengah arus revolusi digital yang kian deras, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang nyaris tak bisa dipisahkan dari layar.

Gadget bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi bagian dari pola hidup, ruang belajar, bahkan sarana bersosialisasi.

Dunia seakan berada di genggaman mereka.

Cepat, instan, dan penuh warna. Namun, di balik kemudahan itu tersimpan paradoks besar: semakin terhubung secara digital, justru semakin berisiko terputus dari interaksi manusiawi yang nyata.

Bagi para orang tua, mendidik anak di era gadget menuntut lebih dari sekadar mengatur durasi penggunaan gawai.

Ini tentang membangun kesadaran digital, menanamkan tanggung jawab moral dalam berteknologi, dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. 

Anak dan Gawai

Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite, pengguna internet di Indonesia pada 2024 mencapai lebih dari 215 juta orang. 

Anak-anak bahkan sudah mengenal dunia digital sejak usia prasekolah.

Gawai kini bukan lagi barang mewah, melainkan bagian dari keseharian, seperti halnya sendok dan garpu di meja makan. 

Hampir setiap orang, dari pelajar hingga petani di pelosok desa, kini memiliki akses terhadap gawai baik berupa ponsel pintar, tablet, maupun laptop.

Berbagai merek dan tipe tersedia di pasaran dengan harga yang sangat bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga belasan juta rupiah.

Hal ini memungkinkan masyarakat memilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansialnya.

Di era digital saat ini, gawai telah menjadi alat utama untuk belajar, bekerja, berkomunikasi, hingga berbelanja, tak ubahnya kebutuhan pokok modern. 

Di satu sisi, akses digital membuka pintu ilmu tanpa batas.

Anak memiliki peluang belajar tanpa sekat.

Dengan gawai,  bisa mengakses ribuan buku elektronik, mengikuti kelas daring dari para ahli dunia, menonton video pembelajaran interaktif, hingga mengasah keterampilan melalui aplikasi edukatif hanya dengan satu sentuhan jari.

Namun di sisi lain, tanpa literasi yang memadai, anak mudah tersesat di belantara dunia maya.

Kecenderungan terpapar hoaks, konten kekerasan, pornografi digital, hingga kecanduan game daring.

Gawai yang seharusnya menjadi alat bantu belajar justru bisa menjadi alat penghancur karakter jika tanpa pendampingan.

Literasi Digital

Banyak yang keliru memahami literasi digital hanya sebatas kemampuan teknis mengoperasikan perangkat digital.

Padahal, menurut UNESCO, literasi digital mencakup kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan etis dalam ekosistem digital. Ini termasuk kemampuan memilah konten yang kredibel, mengenali jejak digital, serta memahami etika berinternet (digital etiquette).

Anak-anak saat ini adalah generasi digital native, tapi belum tentu digitally literate.

Di sinilah urgensinya peran pendampingan dan perempuan memiliki posisi strategis dalam membentuk kecerdasan digital anak sejak dini. 

Digital Changemaker

Perempuan, terutama ibu, memiliki daya pengaruh emosional yang kuat terhadap anak.

Hal ini karena kedekatan emosional antara ibu dan anak umumnya terjalin sejak dalam kandungan, melalui sentuhan, suara, dan kasih sayang yang konsisten. Ibu sering menjadi tempat pertama anak belajar mengenal rasa aman, empati, serta bagaimana mengekspresikan dan mengelola emosi.

Dalam keseharian, respons emosional seorang ibu, baik berupa senyuman, pelukan, maupun kata-kata peneguhan dapat membentuk karakter dan kesehatan mental anak dalam jangka panjang.

Bahkan dalam proses pengambilan keputusan dan pembentukan nilai-nilai moral, peran ibu sangat dominan karena anak cenderung meneladani apa yang dilihat dan dirasakan dari sosok yang paling dekat dengannya.

Dari pangkuan ibu, nilai-nilai kehidupan ditanamkan.

Di era digital, peran ini meluas menjadi pendamping utama dalam interaksi anak dengan teknologi.

Berdasarkan hal tersebut perempuan yang dalam hal ini seorang ibu bukan hanya sosok yang mengatur waktu bermain gadget anak, tapi juga menjadi kurator konten, fasilitator pembelajaran, hingga role model dalam bermedia sosial.

Pada konteks ini, perempuan dituntut menjadi “digital savvy mom”, Orang tua tidak cukup hanya bersikap pasif atau mengiyakan secara otomatis ketika anak meminta izin mengunduh aplikasi, melainkan perlu memiliki literasi digital yang memadai untuk menilai manfaat, risiko, dan kesesuaian konten tersebut dengan usia dan kebutuhan anak.

Ibu seyogyanya memiliki  pemahaman yang jelas  tentang ekosistem digital tempat anaknya tumbuh.

Peran Kunci Perempuan

Dengan kesadaran tentang  pentingnya melek digital bagi seorang ibu akan meminimalkan berbagai dampak negatif dari gawai yang loss control. 

Adapun beberapa kunci perempuan dalam literasi digital keluarga adalah: 

1. Filter informasi keluarga

Di tengah tsunami informasi, perempuan menjadi kurator konten utama bagi anak. Mereka bisa mengajarkan prinsip think before click, mengenali hoaks, serta memahami pentingnya sumber informasi terpercaya.

2. Role model dalam etika digital

Anak meniru, bukan mendengar. Ketika orang tua, khususnya ibu, mampu menunjukkan sikap bijak dalam menggunakan media sosial yang tidak menyebar kebencian, menjaga privasi, dan menghormati orang lain maka anak akan belajar dari contoh nyata.

3. Pengatur batas dan ritme digital

Perempuan bisa menciptakan digital family agreement yang berisi kesepakatan waktu layar (screen time), zona bebas gawai di rumah, hingga aktivitas non-digital bersama keluarga.

Mencari alternatif lain aktivitas yang akan meningkatkan kemampuan inovasi dan psikomotorik anak sehingga secara otomatis mampu meningkatkan daya kerja jiwa dan raga.

4. Fasilitator pembelajaran digital

Di era hybrid learning, ibu bisa menjadi penghubung antara anak dan teknologi pembelajaran, termasuk mengajarkan anak menggunakan alat-alat AI, platform edukatif, dan konten inspiratif yang mendukung perkembangan holistik.

5. Emotional support system

Banyak anak yang mengalami cyberbullying atau tekanan sosial akibat interaksi di dunia maya.

Ibu yang hadir secara emosional bisa menjadi pelindung dan penyembuh luka-luka digital yang tak terlihat.

Sebuah bentuk kekerasan yang tidak nampak secara fisik namun mampu menimbulkan trauma kejiwaan terhadap anak jika tidak segera ditangani.

Sinergi Keluarga

Meski perempuan memiliki peran vital, pendidikan digital anak adalah kerja kolektif.

Ayah sebagai kepala keluarga juga harus terlibat.

Ayah dan ibu perlu hadir sebagai tim yang solid, tidak saling melempar tanggung jawab.

Sementara itu, kakak-adik pun bisa saling menjaga dan berbagi pengetahuan.

Keluarga perlu membangun budaya digital yang sehat dengan komunikasi terbuka, keterlibatan aktif, dan penguatan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, serta empati.

Ini sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang relevan untuk membentuk karakter digital bangsa.

Merdeka Digital 

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka, dan kini bangsa ini menghadapi tantangan baru: kemerdekaan digital.

Kemerdekaan bukan berarti bebas tanpa arah, tetapi berdaulat dalam memilih dan memilah informasi, serta membentuk ruang digital yang sehat dan beradab.

Perempuan, dengan segala kepekaan dan ketangguhannya, adalah benteng pertama sekaligus agen perubahan dalam keluarga.

Merekalah yang mampu menjembatani dunia nyata dan dunia digital anak-anak kita.

Ketika perempuan bergerak, keluarga tercerahkan. Ketika keluarga tercerahkan, bangsa pun berdaulat.

Saatnya perempuan Indonesia melangkah lebih jauh, dari dapur ke ruang digital, dari pengasuh ke pendidik literasi digital.

Karena masa depan bangsa ada di genggaman mereka baik secara harfiah maupun simbolik.(*)

 

Bottom of Form

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved