Muktamar PPP
Ketua PPP Jakarta Blak-blakan Gus Rommy Tawarkan Partai ke Amran, Dudung, dan Gus Iful
Saiful Rahmat Dasuki, Ketua DPW PPP Jakarta blak-blakan soal dinamika Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sejak era Reformasi, perolehan suara dan kursi PPP terus mengalami tren penurunan:
1999: PPP meraih sekitar 58 kursi DPR RI, menjadi salah satu partai menengah penting pasca jatuhnya Orde Baru.
2004: Kursi turun menjadi 58 kursi → 58 (sekitar 8,1 persen suara), kalah bersaing dengan partai baru berbasis Islam dan nasionalis.
2009: Hanya mendapat 39 kursi (5,3 persen ), tanda mulai tergerusnya basis tradisional.
2014: Turun lagi menjadi 39 kursi → 39 (6,5 persen ), masih bertahan di papan tengah meski dengan konflik internal.
2019: Merosot ke titik kritis, hanya 19 kursi DPR RI, dengan suara nasional 4,52 persen , nyaris tak lolos parliamentary threshold.
2024: PPP gagal total, tidak lolos ke Senayan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Reformasi.
Kegagalan 2024 banyak dipengaruhi faktor diantaranya kehilangan figur petarung.
Figur yang hilang diantaranya adalah mantan ketua umum DPP PPP Suharso Monoarfa, anggota komisi III DPR RI Arsul Sani.
Paling kehilangan adalah Taj Yasin Maimoen yang tak masuk daftar caleg.
Ia memilih maju senator DPD RI.
Suaranya tembus 3 juta suara.
Tren ini memperlihatkan bahwa konflik internal dan lemahnya figur populer membuat PPP kehilangan daya tarik, terutama di kalangan pemilih muda Muslim.(*)
Nasib Gus Romy dan Agus di Kepengurusan PPP versi Mardiono, Ketum Sudah Bahas |
![]() |
---|
Telat! Kubu Agus Suparmanto Baru Daftar Kemenkunham Saat SK Mardiono Terbit |
![]() |
---|
PPP Sulsel dalam Ancaman Perpecahan Imbas Dualisme DPP? Pengamat: Bibit-bibit itu Ada |
![]() |
---|
Amir Uskara, Politisi Ulung dari Sulsel Dibalik Mardiono Jadi Ketua Umum PPP |
![]() |
---|
Pengamat Politik Unhas: Dualisme PPP Lemahkan Struktur Partai di Daerah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.