Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Asal Mula Lahirnya Dana Abadi Pendidikan LPDP, Ternyata Digagas Putra Sulsel

Dwi Larso mengenang pemerintah awalnya mengalokasikan sekitar Rp1 triliun jumlah yang relatif kecil namun visioner

Editor: Ari Maryadi
DPD
BEASISWA LPDP - Direktur Beasiswa LPDP, Ir. Dwi Larso, MSIE, Ph.D, bersama Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung dalam forum Executive Brief bertema “Optimalisasi Pemerataan Pendidikan: Beasiswa KIP Kuliah, LPDP, dan PIP Menuju Indonesia Emas 2045” di DPD RI, Senin (29/9). Dwi Larso mengenang dana abadi LPDP dulu digagas Tamsil Linrung di Banggar. 

Menjadi salah satu instrumen strategis negara dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul. 

Hingga 2025, LPDP mengelola Rp154 triliun dana abadi dan telah membiayai puluhan ribu anak bangsa untuk menempuh studi magister (S2) dan doktoral (S3) di universitas-universitas terbaik dunia maupun dalam negeri. 

Ribuan alumninya kini berkiprah di berbagai sektor strategis, memperkuat kapasitas nasional dan menularkan jejaring global ke tanah air.

Di forum yang sama, Tamsil Linrung menuturkan bahwa beasiswa bukan sekadar ongkos kuliah, melainkan daya ungkit pembangunan daerah.

Ia menegaskan bahwa setiap beasiswa adalah investasi yang berdampak luas.

Pasalnya, anak dari keluarga kurang mampu yang mendapat kesempatan belajar melalui KIP, PIP, maupun LPDP, tidak hanya mengubah nasib dirinya, namun juga menjadi penggerak kemajuan di daerah.
 
“Beasiswa adalah investasi sosial yang menghasilkan efek berantai," kata Tamsil Linrung.

Ia mengenang 15 tahun lalu mendirikan yayasan sosial kemanusiaan Tali Foundation yang didedikasikan untuk memperkuat mutu penerima beasiswa.

Yayasan itu memberikan pendampingan hingga capacity building.

"Sehingga anak-anak kita penerima beasiswa, tumbuh sebagai SDM unggul," kata Tamsil Linrung.

"Bagi saya, beasiswa tidak boleh sebatas ongkos kuliah saja. Karena itu saya mendorong inisiatif pembinaan” ujar Wakil Ketua DPD Bidang Ekonomi dan Pembangunan ini.

Tamsil juga mengingatkan agar anggaran besar beasiswa KIP Kuliah memperhatikan aspek pemerataan.

Fakta di lapangan, kata Tamsil, menunjukkan masih ada anak miskin yang tercecer karena tidak masuk basis data resm. 

Selain itu, beasiswa KIP Kuliah cenderung terserap di perguruan tinggi besar di perkotaan, meninggalkan kampus di daerah dan kabupaten tertinggal.

Ketimpangan ini berpotensi melebar jika tidak segera dikoreksi.

“DPD RI hadir untuk memastikan bahwa program beasiswa tidak berhenti pada angka statistik, melainkan benar-benar menjawab kebutuhan nyata masyarakat di daerah,” tegas Tamsil.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved