Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Koperasi Merah Putih

Koperasi Bonelemo Luwu Pilih Modal Gotong Royong, Tolak Pinjaman Bank

Koperasi Desa Merah Putih Bonelemo tolak pinjaman bank, pilih investasi warga. Beras Bulog laku keras, 1,5 ton habis dalam tiga hari.  

Dok Ketua KDMP Bonelemo, Yudi
  KDMP BONELEMO – Peresmian KDMP Bonelemo oleh Bupati Luwu, Patahuddin. KDMP mengutamakan investasi masyarakat ketimbang pinjaman bank.   

TRIBUN-TIMUR.COM, LUWUKoperasi Desa Merah Putih (KDMP) Bonelemo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) memilih jalur berbeda dalam membangun usaha. 

Alih-alih mengajukan pinjaman ke bank, koperasi pertama di Luwu ini mengandalkan modal gotong royong dari warga.

Ketua KDMP Bonelemo, Yudi, menilai bunga pinjaman perbankan terlalu memberatkan bagi koperasi yang baru berdiri.

“Bunga bank enam persen per tahun itu besar sekali. Kalau pinjam Rp180 juta, bunganya saja sudah harus kami stor, belum cicilannya. Itu yang bikin kami berpikir,” katanya, Rabu (17/9/2025).

Bangunan kantor koperasi disewa di Bonelemo seharga Rp3,5 juta per tahun dan sekaligus difungsikan sebagai gudang.

Saat ini pembayarannya masih ditanggung BumDes.

“Nanti tahun depan semoga ada untung, baru kita ambil,” tambah Yudi.

KDMP membuka ruang investasi bagi masyarakat yang ingin menanamkan modal.

Dari skema ini, koperasi berhasil mengumpulkan dana awal Rp22 juta untuk membeli dua ton beras dari Bulog sebagai stok perdana.

Sejak diluncurkan pekan lalu, beras SPHP dari Bulog seharga Rp55 ribu per karung 5 kilogram langsung laku keras.

Dari jatah dua ton per minggu, 1,5 ton habis dalam tiga hari.

Distribusi dilakukan lewat kemitraan dengan warung-warung desa.

Harga jual Rp60 ribu per karung, lebih rendah dari harga pasar Rp62.500.

“Kami lebih terbuka pada investasi masyarakat. Selain mengurangi beban bunga, hasil usaha ini nantinya bisa dibagi secara adil. Prinsipnya, kalau koperasi untung, warga juga ikut merasakan,” jelas Yudi.

Ia menyebut 47 anggota koperasi sudah membayar iuran pokok dan wajib.

Iuran pokok dibayar satu kali sebesar Rp50 ribu, sedangkan iuran wajib Rp10 ribu per bulan.

“Jadi ini seperti menabung. Sering kita transaksi, akan ada SHU,” bebernya.

Bupati Luwu, Patahuddin, menilai inisiatif ini sebagai contoh keberanian desa membangun ekonomi secara mandiri.

“Saya apresiasi semangat gotong royong masyarakat Bonelemo. Kalau dikelola baik, koperasi ini bisa jadi role model untuk desa-desa lain,” ujarnya.

Kepala Desa Bonelemo, Baso, menambahkan koperasi lahir dari dukungan kolektif masyarakat.

Dana desa hanya dipakai untuk mendukung administrasi.

Sementara operasional ditopang iuran dan investasi warga.

Saat ini KDMP memiliki 47 anggota resmi dan menargetkan seluruh warga desa, sekitar 400 orang, menjadi anggota.

“Kami percaya koperasi adalah institusi ekonomi paling penting di desa. Kalau koperasi sehat, beban kepala desa jauh lebih ringan karena sebagian besar urusan ekonomi masyarakat bisa ditangani lewat koperasi,” akunya.

Ke depan, KDMP tidak hanya mengelola beras, tetapi juga berencana menangani distribusi LPG agar kebutuhan dasar masyarakat lebih terjangkau dan stabil di tingkat desa. (*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved