Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hampir 3 Bulan PLTMH Tak Berfungsi, Warga Siteba Luwu Kembali ke Zaman Pelita

Sudah tiga bulan warga Siteba Luwu hidup tanpa listrik. Anak belajar pakai pelita, ibu-ibu kesulitan kerja, warung tutup lebih awal.

|
Sekretaris Desa Siteba, Iyan.  
LISTRIK MATI – Warga Desa Siteba, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan sudah tiga bulan tak menikmati aliran listrik. Warga hanya mengandalkan pelita sebagai penerangan malam hari. 

TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU – Sudah hampir tiga bulan, warga Desa Siteba, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan tidak menikmati aliran listrik.

Desa Siteba berada di wilayah pegunungan dengan akses jalan berbatu.

Meski terpencil, desa ini kaya sumber daya alam, termasuk aliran sungai yang menjadi modal berdirinya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sekitar sepuluh tahun lalu.

Sejak beroperasi, PLTMH milik PT Siteba Energi mampu menerangi 260 rumah di tiga dusun.

Namun, pembangkit tersebut kini berhenti beroperasi.

Camat Walenrang Utara, Kasmal, membenarkan kondisi tersebut.

Baca juga: Peringatan Cuaca BMKG 15-17 September! Waspada Banjir-Longsor di Enrekang, Luwu Utara, Toraja Utara

“Iye, tidak menyala mi lampu di sana itu. Kasian masyarakat. Gelap kalau malam,” ujarnya kepada Tribun-Timur.com, Senin (15/9/2025).

Kasmal menyebut Desa Siteba dihuni sekitar 500 kepala keluarga.

Tanpa listrik, warga Desa Siteba terpaksa ke desa tetangga untuk mengecas alat elektronik.

Untuk mengisi baterai handphone, mereka harus turun ke Desa Marabuana.

Jarak yang ditempuh sekitar 15 kilometer dari perkampungan Siteba."

Jaringan juga tidak ada selama listrik mati total,” katanya.

Ia menambahkan, belum ada solusi dari pihak PLTMH sebagai penyedia listrik warga.

“Saya dengar-dengar belum ada. Dulu pernah saya dengar bulan Agustus menyala mi lampu. Tapi ini bulum September mi na belum menyala,” keluhnya.

Kasmal mengaku tidak mengetahui pasti penyebab PLTMH mematikan aliran listrik ke rumah warga.

Bagi warga, mati listrik berarti mundur puluhan tahun ke belakang.

Anak-anak belajar dengan cahaya pelita, ibu-ibu menunda pekerjaan rumah, dan aktivitas ekonomi malam hari nyaris lumpuh.

“Kalau mau terang harus beli minyak tanah, tapi sekarang harganya mahal dan susah didapat. Kalau tidak ada, ya terpaksa gelap-gelapan saja,” tutur Katu, warga Siteba.

Sebagian warga mencoba menghidupkan genset, tapi biaya bahan bakar terlalu tinggi.

Genset hanya dinyalakan saat hajatan atau kegiatan mendesak.

“Malam jadi cepat sunyi, warung-warung pun tutup lebih awal,” tambahnya.

Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan PT PLN (PLN UP3) Palopo, Bramanto Suryanto, menyebut listrik yang selama ini menerangi Siteba bukan berasal dari jaringan PLN, melainkan suplai dari PLTMH swasta.

“Memang sudah ada pembahasan dengan PLTMH. Kami perkirakan Agustus lalu bisa menyala, tetapi belum ada kesepakatan soal harga,” kata Bramanto kepada Tribun-Timur.com, Senin (15/9/2025).

PLN menyiapkan dokumen kerja sama bernama Power Purchase Agreement (PPA) yang mencakup volume energi, jangka waktu, dan biaya.

“Pada prinsipnya, kedua belah pihak sudah sepakat. Tinggal penyusunan detail kontraknya,” ujarnya.

“Bahkan kami upayakan bangun komunikasi ke pihak PLTMH agar bisa beroperasi dulu. Supaya warga bisa mendapatkan listrik lagi, sembari administrasi berjalan,” tambahnya.

Bramanto mengungkapkan, PLN sebenarnya sudah berupaya membangun jaringan listrik ke Desa Siteba sejak 2017.

Namun, sebagian warga menolak karena terbiasa menerima listrik gratis dari PLTMH.

“Ketika PLN masuk dengan kewajiban pasang berbayar, ada penolakan,” tuturnya.

Ia menekankan penyelesaian masalah listrik di Siteba membutuhkan kerja sama berbagai pihak, termasuk pemerintah desa dan masyarakat. (*)


 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved