BBM di Bone Dijual ke Sulawesi Tenggara dan Morowali, Oknum Aparat Desa Disebut Jadi Mafia

“Saya pulang dari Jakarta langsung rapat. Banyak bukti sudah saya pegang. Kalau terbukti ada SPBU yang main, saya akan rekomendasikan ke Pertamina Makassar," ujarnya.

“Kalau Makassar tidak tanggapi, Komisi II akan usulkan penutupan sementara SPBU itu. Kalau masih tidak ada tindakan, saya akan bawa ke pusat,” tambahnya.

Baca juga: Jeritan Nelayan Kepulauan Selayar, BBM Langka, Jika Dapat Harganya Mahal

Langkah ini dinilai sebagai ujian bagi DPRD Bone apakah benar-benar mampu menjadi pengawas jalannya distribusi BBM atau hanya berhenti pada retorika politik.

Reaksi masyarakat pun muncul merespons pernyataan DPRD.

Seorang sopir angkutan umum, Anis (43), mengaku setiap hari harus antre panjang di SPBU dan kerap tidak kebagian BBM.

“Kalau memang betul ada permainan, pemerintah dan aparat harus tegas. Jangan sampai kami rakyat kecil terus yang susah. Pasokan ada, tapi kalau dibawa keluar ya jelas kita kekurangan,” katanya.

Keluhan ini memperlihatkan dampak langsung dari dugaan praktik mafia BBM terhadap mata pencaharian masyarakat, di mana transportasi publik menjadi salah satu sektor yang paling terdampak.

Sementara itu, nelayan pesisir Bone, Andi (28), menyatakan keresahannya karena sulit mendapatkan solar.

“Nelayan sangat terbebani karena solar susah dapat. Kadang harus beli eceran dengan harga mahal. Kami harap rapat DPRD nanti benar-benar ada hasil, bukan cuma wacana," ujarnya.

Pandangan ini mencerminkan betapa masalah BBM di Bone telah menekan sektor ekonomi rakyat kecil, khususnya nelayan, yang bergantung pada solar untuk melaut.

Jika masalah ini dibiarkan berlarut-larut, bukan hanya pendapatan nelayan yang merosot, tetapi juga ketahanan pangan daerah yang bisa terganggu.(*)