LPPM Unhas
Unhas Gelar Pelatihan OMSK Bagi Penyandang Disabilitas Netra di SLB Negeri 1 Parepare
peserta dilatih mempraktikkan situasi sehari-hari seperti mendaftar berobat di rumah sakit atau bertanya arah kampus, menyapa, hingga perkenalkan diri
Hasil awal menunjukkan bahwa peserta belum pernah mendapatkan pelatihan OMSK sebelumnya dan merasa senang karena memperoleh keterampilan baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Evaluasi ini juga membantu tim mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti materi.
Memasuki sesi materi, materi pertama disampaikan oleh Nabila May Sweetha, wakil sekertaris Pusdis Unhas, yang mengulas orientasi sosial dan komunikasi.
Sesi ini bertujuan membekali peserta keterampilan dasar dalam berinteraksi di ruang publik. Nabila menjelaskan cara menyapa orang baru, memperkenalkan diri, menjelaskan kondisi mereka, dan meminta bantuan secara sopan.
Melalui simulasi role play, peserta diajak mempraktikkan situasi sehari-hari seperti mendaftar berobat di rumah sakit atau bertanya arah di kampus.
Mereka juga diajarkan pentingnya mengarahkan wajah ke arah lawan bicara dan menggunakan bahasa yang tepat untuk membangun percakapan yang nyaman.
Guru pendamping yang ikut serta dalam pelatihan ini juga mendapat tips agar dapat mendukung proses interaksi siswanya sehingga lebih percaya diri saat berkomunikasi dengan masyarakat umum. Sesi ini menjadi dasar penting bagi peserta untuk memahami bahwa komunikasi yang baik adalah kunci kemandirian dan penerimaan sosial.
Setelah peserta memahami orientasi sosial dan komunikasi, kegiatan berlanjut ke materi kedua yang dibawakan oleh Yoga Indar Dewa, Ketua DPD PERTUNI Sulawesi Selatan sekaligus mahasiswa Unhas penyandang disabilitas netra.
Yoga membawakan materi orientasi dan mobilitas, mulai dari cara mengenali lingkungan sekitar, penggunaan tongkat putih dengan teknik sweeping dan tapping, hingga pemanfaatan peta timbul dan mental mapping untuk mempermudah navigasi ruang baru.
Dalam sesi ini, Yoga juga mengajarkan teknik upper hand protection dan lower hand protection. Upper hand protection adalah teknik melindungi bagian atas tubuh – terutama wajah dan dada – dengan mengangkat tangan non-dominan setinggi bahu untuk mendeteksi benda-benda yang menggantung atau menonjol.
Sedangkan lower hand protectiondigunakan untuk melindungi area perut dan bagian bawah tubuh dengan meletakkan tangan non-dominan di depan pinggang untuk menyentuh dan mendeteksi rintangan rendah.
Yoga memaparkan materi ini dengan gaya inspiratif. Ia bercerita tentang pengalamannya bepergian sendiri ke bandara, terminal, dan kampus dengan mengandalkan keterampilan orientasi dan mobilitas yang terlatih. Cerita ini memotivasi peserta untuk berani mandiri dan percaya bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi pencapaian mereka.
Setelah mengikuti materi-materi tersebut, peserta memasuki sesi praktik lapangan yang menjadi puncak pelatihan.
Dalam sesi ini, peserta diajak berkeliling area sekolah untuk mempelajari langsung jalur pemandu atau guiding block – ubin bergaris-garis timbul yang menunjukkan arah pergerakan lurus – dan ubin tanda bulat yang berfungsi sebagai peringatan adanya persimpangan, tangga, atau perubahan kondisi lingkungan.
Peserta berlatih mengikuti jalur pemandu dengan tongkat serta berhenti sejenak saat menemukan tanda bulat untuk mengevaluasi arah berikutnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.