Menyusul, Vietnam dengan nilai ekspor US$ 15,5 miliar dengan pangsa 19,6?n Bangladesh dengan pangsa pasar 13,2 % .
Sementara Indonesia dan India tertinggal jauh dengan hanya menguasai pangsa ekspor masing-masing sebesar 6,4?ngan nilai US$ 5,1 miliar dan 6,2?ngan nilai US$ 4,9 miliar.
“Vietnam dengan jumlah penduduk hanya 35?ri populasi Indonesia ternyata mampu menjadi eksportir terbesar kedua pakaian jadi ke AS. Nilai ekspor mereka bahkan hampir tiga kali lipat lebih besar dari Indonesia. Ini menunjukkan bahwa skala penduduk bukan penentu, namun strategi kebijakan sangat berperan,” ujarnya.
Jemmy menegaskan pentingnya untuk menjaga pasar domestik sebagai bantalan (buffer) ekspor. Dalam situasi pasar ekspor melemah, kata dia, pasar dalam negeri harus menjadi buffer bagi industri ekspor agar tetap bisa bertahan.
Melindungi pasar domestik dari banjir barang impor, terutama lewat regulasi yang adil dan pengawasan ketat, menurut dia, adalah langkah strategis untuk mempertahankan keberlangsungan industri.
Lebih jauh Jemmy mengungkap karakteristik industri TPT ini pada banyak menyerap jutaan tenaga kerja di daerah dengan tingkat pendidikan rendah hingga menengah serta sebagiannya adalah UMKM.
Berdasarkan data BPS tahun 2024, latar belakang pendidikan pekerja di industri TPT terbanyak dihuni oleh tamatan SD (23,22 % ). Selanjutnya diikuti tamatan SMA (21,38 % ) dan SMP (17,47 % ).
“Ketika pasar global melemah, pasar dalam negeri yang sehat akan menjadi sabuk pengaman terakhir. Jangan sampai industri kita yang padat karya, dengan kontribusi besar ke tenaga kerja dan devisa, tumbang hanya karena regulasi terlambat. Kami percaya pemerintah ingin keluar dari situasi ini,” tutur Jemmy. (tribun-timur.com/kontan).