Data di atas sebetulnya tidak bisa dianggap sepeleh, karena temuan bahwa teknologi yang semakin berkembang memiliki dua sisi yaitu positif dan negatif. Jika teknologi digunakan secara baik, maka teknologi akan memberikan kebaikan (Positif).
Sebaliknya, jika teknologi digunakan secara “serampangan”, tentu menghasilkan hal buruk (Negatif). Salah satu keburukannya ialah menghasilkan generasi “lemas”. Hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya intensitas berpikir, beralih ke hal-hal instan.
Contohnya membuat tugas kuliah dengan menggunakan AI tanpa memilah yang benar dan salah. “Comot” sana dan sini. Copy paste tugas kuliah dari AI tanpa parafrasa dan sumber pustaka yang jelas. Inilah sisi negatifnya.
Sebagai seorang pendidik, Saya sangat berharap adanya regulasi yang tepat sasaran dalam mengatur segala bentuk AI yang ada saat ini. Hal ini penting demi menciptakan generasi yang berkualitas dan tidak mudah tergerus oleh zaman.
Teknologi sangat penting di dunia pendidikan untuk membentuk pemuda yang aktual.
Namun, teknologi juga perlu diatur sedemikian rupa agar tidak menghasilkan benih-benih pragmatisme di tubuh pemuda, khususnya terhadap kaum terpelajar.
Kalau pun AI sudah terlanjur masuk ke Indonesia, maka diperlukan kerangka regulasi yang kuat untuk mengurangi dampak negatif teknologi terhadap pendidikan.
Pada dasarnya hadirnya AI mestinya menjadi pemicu untuk berpikir kritis, bahkan lebih berhati-hati dalam mengolah informasi. Sehingga pemuda atau generasi masa kini Indonesia bisa lebih produkti dan tidak “lemas” karena ketergantungan teknologi.
Momentum Sumpah Pemuda ini sudah sepantasnya diperingati dengan meningkatkan kesadaran untuk menjadi pemuda yang tangguh dan tidak pragmatis semata.
Para pemuda penggagas sumpah pemuda telah memberikan kita contoh bahwa pemuda itu harus bangkit dan melawan segala bentuk penjajahan, termasuk penjajahan terhadap nalar kritis dengan lemasnya pemuda dalam berpikir karena terlalu ketergantungan terhadap teknologi.
“Pemuda yang tangguh adalah pemuda yang senantiasa menggunakan akal sehatnya dalam memecahkan masalah”. Sedangkan pemuda yang “lemas” ialah pemuda yang malas berpikir.(*)