TRIBUN-TIMUR.COM - Anies Baswedan kembali didorong menjadi calon Gubernur DKI Jakarta periode 2025 - 2030.
Sebelumnya, mantan Mendikbud dan mantan Rektor Universitas Paramadina itu menjabat gubernur untuk periode tahun 2017 - 2022.
Anies didorong lagi bertarung merebut kursi "01 DKI Jakarta" setelah kalah di Pilpres 2024.
Pada Pilpres, Anies diusung 3 partai, yakni Partai Nasdem, PKB, dan PKS.
Namun, pada Pilgub DKI Jakarta, belum ada partai mendeklarasikan mengusung Anies.
Anies kini butuh "kendaraan" agar bisa memenangkan kembali kontestasi politik di ibu kota negara itu, seperti pada tahun 2017 lalu.
Selain butuh "kendaraan" berupa partai politik, dia juga tentu butuh modal kapital yang banyak.
Terlebih Jakarta punya 8,2 juta daftar pemilih tetap di Pemilu 2024.
Pada Pilgub DKI Jakarta 2017, pasangan Anies dan Sandiaga Uno menghabiskan biaya kampanye Rp 64,7 miliar sebagaimana laporan dari bendahara tim pemenangan Anies dan Sandi.
Pengeluaran paling besar adalah dana penyebaran bahan kampanye, termasuk membeli baju seragam senilai Rp 19,2 miliar.
Selain itu, dana untuk blusukan senilai Rp 11,7 miliar, rapat umum Rp 6,5 miliar, pertemuan terbatas Rp 2,3 miliar, dan lain sebagainya.
Pendapatan dana kampanye mencapai Rp 65,3 miliar. Dana tersebut berasal dari pasangan calon sebanyak Rp 63,3 miliar.
Anies menyumbangkan anggaran Rp 400 juta, sisanya ditanggung Sandi.
Selain itu, mereka mendapatkan dana dari partai pengusung sebanyak Rp 1,1 miliar.
Pasangan nomor urut tiga ini juga mendapatkan sumbangan dari pihak lain, termasuk pribadi, sekitar Rp 900 juta.