Alat pengatur kecepatan di jalan tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Ataukah memang ada kesengajaan membiarkan alat tersebut tidak berfungsi ?
Mungkin saja begitu. Itulah gambaran yang terjadi dengan lembaga- lembaga negara kita.
Para eksekutif di berbagai level menggunakan kesempatan untuk ‘bermain-main dengan anggaran.
Mereka tidak merasa takut dan malu berbuat curang.
Sikat saja apa yang berada di dalam kekuasaannya.
Anggaran di mark up atau dipotong bukan lagi hal yang ‘tabu’ dilakukan.
Harga dan spesifikasi ditentukan secara tidak bertanggung jawab, tetapi bertanggung bayar.
Nanti diatur belakangan atau dipanjar lebih dahulu.
Penentuan harga dapat naik berkali-kali lipat dibandingkan harga sesungguhnya.
Negara telah ‘dirampok’ dengan cara-cara yang licin dan licik.
Sebaran pelaku curang seperti ini mulai dari tingkatan menteri hingga kepala desa.
Jarang pelaku korupsi bekerja sendirian, melainkan secara berkelompok.
Mereka matang dengan rumus matematika sederhana, kali-kali, bagi-bagi, tambah-tambah, dan, kurang-kurang.
Siapa yang mendapatkan bagian dari hasil perkalian sekian, siapa yang hanya dapat hasil bagi-baginya saja.