Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Produksi Sampah TPA Menurun, DLH Cari Solusi Atasi Bau Busuk Sampah

Penyiraman ini membutuhkan bantuan Dinas Pemadaman Kebakaran agar bisa menjangkau seluruh area TPA.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/SITI AMINAH
TPA ANTANG - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kemeja putih) kunjungan ke TPA Tamangapa, Jumat (30/5/2025). Menteri didampingi Wakil Gubernur Suslel Fatmawati Rusdi, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (kemeja bergaris) dan Plt Kepala DLH Makassar Ferdi Mochtar (helm kuning).  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar masih mencari solusi tepat atasi bau busuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa. 

Kepala Bidang Persampahan dan Limbah B3 DLH Kota Makassar, Bau Asseng mengatakan, selama ini penanganan terhadap bau sampah menggunakan cairan eco enzim. 

Eco enzim disiram ke kolam lindi setiap pekan dengan bantuan masyarakat setempat. 

Selain penyiraman ke kolam lindi, eco enzim juga disemprot ke rumah-rumah pemulung. 

Termasuk di gunungan atau tumpukan sampah TPA

Penyiraman ini membutuhkan bantuan Dinas Pemadaman Kebakaran agar bisa menjangkau seluruh area TPA.

Biasanya, 10 liter eco enzim dicampur ke tangki Damkar dengan kapasitas 4 hingga enam kubik. 

Eco enzim diproduksi langsung oleh komunitas masyarakat yang ada di lingkungan TPA

Rencananya, masyarakat ingin memproduksi eco enzim lebih banyak untuk disiram ke kanal-kanal. 

Menurut mereka, kondisi kanal di Makassar juga sering menimbulkan aroma tak sedap 

"Mereka butuh anggaran untuk beli molase, kalau se kota Makassar mau disiram butuh sekitar Rp12 juta untuk membeli molase. Itu sudah bisa dipakai untuk beberapa kali treatment," ucap Bau Asseng kepada Tribun Timur  Jumat (1/8/2025). 

Bau Asseng mengakui, produksi eco enzim butuh waktu lama.

Biasanya proses pembuatan eco enzim memakan waktu sekitar 3 bulan. 

Untuk itu, DLH sedang mencari solusi efektif dan mudah dijangkau guna menghilangkan bau tak sedap TPA

Eco lindi dianggap sebagai salah satu treatment yang mampu mengentaskan bau busuk sampah

"Sekarang kami coba cari terobosan baru dengan mencoba buat eco lindi. Kita sedang diskusikan apakah kita ambil di Surabaya atau kita buat sendiri," katanya. 

Bahan dasar eco lindi kata Bau Asseng mudah dijangkau.

Diambil dari cairan air lindi atau sampah kemudian dicampur dengan bahan tambahan seperti asam sulfat, molase, dan EM4 (biokatalis). 

Produksi Sampah di TPA Menurun 

Kecamatan Biringkanaya penyumbang sampah terbesar di Makassar

Data terakhir Dinas Lingkungan Hidup pada April 2025, Biringkanaya meyumbang 2.277.130 kg sampah selama satu bulan. 

Disusul Kecamatan Panakkukang dengan 2.365.410 kg, lalu kecamatan Tamalate dengan 2.285.530 kg

Bau Asseng menyebut, rata-rata produksi sampah harian di Kota Makassar semakin berkurang. 

Pada Desember 2024 lalu, rata-rata timbulan sampah per hari mencapai 940 ton. 

Kemudian mengalami penurunan selama 2025.

DLH mencatat, rata-rata harian pada Januari 923,5 ton, Februari 838,6 ton, Maret 752,9 ton,  dan April 644,3 ton. 

Bau Asseng menilai ada pergerakan positif dari produksi sampah di Makassar

Masyarakat sudah mulai sadar melakukan pemilahan dan pengolahan sampah di lingkungan masing-masing. 

Masing-masing kelurahan menerapkan Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau TPS3R. 

TPS3R melibatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah, mulai dari pengumpulan, pemilahan, hingga pengolahan. 

Apalagi, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin telah mengimbau masyarakat untuk melakukan penanaman lubang biopori, membuat eco enzim hingga maggot. 

Produk-produk tersebut diambil dari sampah rumah tangga, khusunya sampah organik. 

Dari kegiatan tersebut, Bau Asseng meyakini produksi sampah bisa berkurang hingga 50 persen. 

"Nanti kalau progam pak wali jalan satu RT/RW harus ada lubang bioporinya, ecoenzim, maggot, artinya sampah organiknya tidak lagi ke TPA," jelasnya. 

"Nanti sampah kita setengahnya berkurang. Karena 50 persen sampah berasal dari sampah organik," sambungnya. 

Sampah olahan tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya eco enzim untuk menyiram got agar tidak berbau hingga difungsikan sebagai cairan pembersih lantai. 

Kata Bau Asseng, jika masyarakat belum mampu mengolah, paling tidak mereka bisa memilah. 

Sampah hasil pilihan dikumpulkan dan disetor atau ditimbang di Bank Sampah agar bernilai ekonomis. 

"Nanti kami ada pengumpulan di bank sanpah terdekat. Sampah bernilai ekonomi dan sampah B3 nanti akan diambil oleh dinas," katanya. 

Bau Asseng juga meningatkan masyarakat tidak membuang minyak bekas atau jelantah ke saluran air. 

Minyak jelantah bisa dijual dan menghasilkan pendapatan. 

Ia harap semua masyarakat bisa berlangganan atau menjadi nasabah bank sampah

"Kalau bisa semua warga masuk sebagai nasabah bank sampah supaya bisa terdistribusi sampah dengan baik dan dapat uang," tuturnya. 

Wali Kota Munafri menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mengelola kebersihan kota secara sistematis dan berkelanjutan. 

Wali Kota juga memaparkan berbagai program prioritas lingkungan yang akan digerakkan hingga ke tingkat RT. 

Salah satunya adalah program biopori, eco enzim, dan maggot

"Setiap RT wajib membuat biopori. Selain itu, mereka juga harus memiliki Eco Enzyme, unit proses, serta budidaya maggot sebagai solusi pengolahan sampah organik," ujarnya.

Appi juga menargetkan bertumbuhnya lebih banyak bank sampah dan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) di seluruh kecamatan.

Selain soal kebersihan dan sampah, Pemkot Makassar juga tengah menata ulang sejumlah taman kota melalui skema kerja sama dengan pihak ketiga. 

"Taman kota tidak boleh lagi saling lempar tanggung jawab. Pengelolaannya harus dikerjasamakan agar punya sistem pengawasan yang baik," ungkap Munafri.

Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi Maluku (Pusdal LH SUMA),  Azri Rasul menyampaikan, pemerintah pusat mendorong pengelolaan sampah secara mandiri di titik awal, baik oleh individu, rumah tangga, pelaku usaha, hingga kawasan industri.

"Kalau hotel, rumah sakit, sekolah atau kawasan industri bisa mengelola sampahnya sendiri, maka tidak lagi menjadi beban bagi pemerintah daerah. Semua selesai di tempat. Inilah yang menjadi fokus pembinaan kami," ujar Azri.

Pusdal LH SUMA saat ini telah mendorong pengelolaan mandiri pada beberapa kawasan di Kota Makassar, termasuk kawasan industri yang tengah mengikuti program Proper (Peringkat Kinerja Perusahaan) dari KLHK. 

Melalui pembinaan ini, kawasan industri diharapkan dapat mengelola sampahnya secara tuntas tanpa mengalirkannya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sebagai langkah konkret, Pusdal LH SUMA telah membentuk tim identifikasi yang bekerja sama dengan seluruh kecamatan di Kota Makassar.

Tim ini akan melakukan inventarisasi lapangan terhadap praktik pengelolaan sampah di wilayah-wilayah kelurahan.

"Kami akan mencatat secara faktual jumlah dan jenis pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga, pelaku usaha, sekolah, hingga kantor-kantor. Ini penting untuk menentukan seberapa besar sampah bisa diselesaikan di sumber," jelasnya.

Data tersebut akan menjadi bahan perhitungan persentase pengelolaan mandiri, sebagai bagian dari indikator utama dalam penilaian Adipura. 

Targetnya, minimal 51,2 persen sampah harus dikelola secara mandiri di hulu, baik melalui bank sampah, TPS3R, kompos rumah tangga, maupun sistem budidaya maggot.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved