Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun RT RW

Belajar Ikhlas Tangani Konflik Utang Cicilan Motor, Hingga Ancaman Bakar Rumah

“Banyak suka dukanya mi ini jual coto, naik turun seperti lurang (penumpang) pete-pete,” kata pemilik kedai Coto Malobassang

Penulis: Risma Syam | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Haji Saleh Dg Sitaba 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - SUDAH 35 tahun Haji Saleh Dg Sitaba (58) jadi pedagang coto di kawasan Tamalate, Makassar.

Perlahan, dia memikirkan kelanjutan dan regenerasi usaha rintisan orangtuanya ini.

Alasan lain, dia ingin lebih relaks. Slow living menjalani hidup.

Perlahan, enam tahun terakhir, putra sulungnya dia sapih dan persiapkan jadi “pewaris”.

Pertimbangan lain, dua dari empat anaknya sudah jadi aparatur negara. 

“Banyak suka dukanya mi ini jual coto, naik turun seperti lurang (penumpang) pete-pete,” kata pemilik kedai Coto Malobassang ini, kepada Tribun, Jumat (18/7/2025) pagi, di Jl Dg Ngeppe, Jongaya, Makassar.

Kakek 9 cucu dari empat anak ini, juga pernah coba ekspansi usaha pallubasa dan coto di Bulukumba.

Namun, sebelum pandemi amanat pengabdian itu datang.

Oleh warga dari 4 RT di paling padat di Jongaya ini, terpilih jadi ketua RW.

“Mau ma juga tenang-tenang urus cucu sama mamanya (istri), tapi dipercaya tokoh masyarakat jadi RW,” ujar Ketua Kerabat Jongaya (2018-2024) ini, kepada Tribun.

Namun amanat dari RW dengan 1.110 Kepala Keluarga (KK) ini datang lagi.

Karena aktif membangun komunikasi dengan aparat Babinsa (TNI) dan Babinkantibmas (Polri) di level kelurahan dan kecamatan, akhirnya jamaah Masjid Babul Firdaus ini, didaulat menjadi Ketua Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Kelurahan Jongaya.

Suami dari Hajjah Nurhaeda Malik (56) ini, mengaku banyak belajar makna ikhlas sejak memegang amanah ini.

“Jujur, kadang saya berpikir lebih banyak habis sawala (untung) cotoku dari pada insentif satu juga dua ratus itu,” ujarnya sambil mengelus dada.

Haji Dg Sitaba pun menceritakan suka duka selama 48 bulan lebih memanggul amanah ketua RW dan FKPM.

Dia mengisahkan, di awal tahun amanatnya, seorang pemuda usia 20-an tahun di lingkungannya berulah.

Pemuda pengangguran itu, tersulut emosi dan mengancam membakar rumah tinggalnya, karena tak diberi uang jajan sama ibunya.

“Dia sudah bakar buku dan sampah dalam rumah,” ujarnya bersemangat.

Insiden itu membuat panik warga di kawasan urban padat penduduk samping kanal Jongaya itu.

Oleh tetangga menyarankan ibu pemuda menelpon Ketua RW.

“Ibunya sudah menangis-nangis,” kenangnya.

Haji Dg Sitaba pun menelpon aparat Babinkantibmas dan Babinsa kelurahan.

Sebelum dua aparat keamanan dan ketertiban warga itu, datang api dalam rumah semi permanen masih menyala.

Itu sekitar pukul 21,00 wita, malam.

‘Saya langsung tarik leher anak itu, dan ancam kalau kau tidak padamkan api saya lempar kau masuk ke api. Kau tidak pikir api itu bisa bakar satu RW,” ujar Pak Haji, mengenang insiden heboh itu.

Alhamdulillah, sulutan emosi dan api bisa dipadamkan.

Ada belasan kisah membekas dan menguji kesabarannya.

Misalnya, saat mengurus surat keterangan warga, administrasi kependudukan, pajak bumi dan bangunan, atau dinamika mengurus event Agustusan dan politik lokal dan nasional.

Bulan lalu, cobaan kesabaran lain baru dialaminya.

“Ada dua keluarga bertengkar dan sudah bawa kalewang karena urusan cicilan motor bekas,” ujanya.

Urusan ini sejatinya, masalah utang piutang personal. Namun, karena melibatkan dua klan keluarga urban, masalahnya bisa merembes ke persoalan sosial kelompok.

“Ini karena yang mencicil buruh bangunan sudah enam bulan tak dapat proyek, akhirnya cicilan motor bekasnya tak bisa dilunasi. Persoalannya, ini tak ada perjanjian tertulis,” ujarrnya.

Keributan malam hari itu, pun mengundang kerumunan warga lain.

Akhirnya, dengan kebijaksanaan dan bantuan ketua RT, aparat FKPM dan tokoh masyarakat bisa selesai. 

“Saya mau dikasi uang Rp100 ribu sama warga ini, namun bismillah demi Allah, saya tolak karena tahu masalah ini tidak bisa selesai kalau saya ada kepentingan materi,” ujarnya.

Dg Sitaba mengaku, sudah didorong warga untuk kembali maju sebagai Ketua RW dan FKPM periode lima tahun berikut.

“Insyallah, saya juga ikhlas dan ingin kembali mengabdi, meski saya lihat banyak sarjana millenial mau ikut. Saya yakin dengan pengalaman, dan wawasan lingkungan saya masih bisa mengabdi.” ujarnya.(*)

Data Diri

NAMA: Haji Saleh Dg Sitaba

TTL/USIA: 58 Tahun

PEKERJAAN: Pedagang Coto

JABATAN Lingkungan: Ketua RW 001, Kelurahan Jongaya, Tamalate, Makassar

PENDIDIKAN: SMA 

ORGANISASI: 

HOBI: Jogging


Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved