Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tim PKM FIKP Unhas Latih Warga Bontolempangan Maros Buat Sambal Tanpa Pengawet

Selain itu, menurutnya, pelatihan ini bertujuan meningkatkan nilai ekonomi hasil tambak yang selama  dijual dalam bentuk segar.

Tribun-timur.com
PKM UNHAS - Tim PKM FIKP Unhas foto bersama warga Dusun Ujung Bulu, Desa Bontolempangan, Kabupaten Maros. Sabtu (12/7/2025). Pemateri pelatihan, Kasmiati mengatakan dikenal sebagai wilayah penghasil udang, namun masyarakat belum memaksimalkan potensi tersebut. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin (Unhas) melatih warga Dusun Ujung Bulu, Desa Bontolempangan, Kabupaten Maros, mengolah hasil tambak menjadi sambal tanpa bahan pengawet.

Pelatihan ini diikuti sejumlah warga pengelola tambak, tergabung dalam Kelompok Melati Jaya.

Ketua Tim PKM, Dr Syahrul, mengatakan kegiatan ini didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendikbudristek, melalui LPPM Unhas.

“Kegiatan ini dikemas dalam bentuk pelatihan pengolahan produk berbasis udang dan ikan bandeng,” ujar Syahrul kepada Tribun-Timur.com, Minggu (13/7/2025) pagi.

Selain itu, menurutnya, pelatihan ini bertujuan meningkatkan nilai ekonomi hasil tambak yang selama  dijual dalam bentuk segar.

20250713 PKM FIKP Unhas foto
PKM UNHAS - Tim PKM FIKP Unhas foto bersama warga Dusun Ujung Bulu, Desa Bontolempangan, Kabupaten Maros. Sabtu (12/7/2025). Pemateri pelatihan, Kasmiati mengatakan dikenal sebagai wilayah penghasil udang, namun masyarakat belum memaksimalkan potensi tersebut.

 “Selama ini udang dan bandeng langsung dijual tanpa diolah, sehingga nilai ekonominya tidak meningkat,” lanjutnya.

Sebelum pelatihan dilakukan, tim PKM ini, terlebih dahulu melakukan riset awal untuk mengidentifikasi potensi dan tantangan pengolahan hasil tambak di wilayah tersebut.

Pemateri pelatihan, Kasmiati,Pemateri pelatihan, Kasmiati, menjelaskan kalau teknologi tepat guna yang diterapkan merupakan kombinasi antara suhu tinggi dan tekanan vakum. 

Metode ini menurutnya dapat memungkinkan sambal bertahan hingga lima bulan pada suhu ruang tanpa perlu disimpan didalam lemari pendingin.

“Inovasi ini membuat sambal tetap awet tanpa pengawet dan aman dikonsumsi,” jelas Kasmiati.

Ia menambahkan, Bontolempangan dikenal sebagai wilayah penghasil udang, namun masyarakat belum memaksimalkan potensi tersebut.

“Kurangnya pengetahuan dan keterampilan membuat udang dan bandeng belum diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” katanya.

Ia menjelaskan, pelatihan diawali dengan serah terima alat dan bahan, penyuluhan gizi udang dan bandeng, serta pengenalan potensi pengolahan bernilai tambah.

Ia juga menyebutkan kalau praktik pembuatan sambal dilakukan dalam dua varian, yaitu sambal merah dan sambal hijau. 

Selanjutnya, para peserta dikenalkan pada ciri-ciri bahan baku segar dan diajarkan pentingnya higienitas dan sanitasi pembuangan selama proses produksi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved