Headline Tribun Timur
Tak Mesti Dipanggil Haji
Haji tak lagi identik dengan usia senja. Di Sulsel, anak muda mulai menapaki jejak Nabi ke Tanah Suci sejak usia 20-an tahun.
Fenomena haji muda seperti Fiko, Sultan, dan Mirna bukanlah kebetulan.
Di Sulawesi Selatan, tren ini mulai menguat dalam beberapa tahun terakhir.
Tahun ini, Embarkasi Makassar mencatat ada 15.856 jemaah haji dari 41 kloter, sebagian di antaranya adalah generasi muda yang belum genap 25 tahun.
Menurut Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Sulsel, Ikbal Ismail, fenomena ini lahir dari kesadaran kolektif masyarakat akan panjangnya antrean haji.
Dengan masa tunggu yang bisa mencapai 30 tahun, banyak orang tua mendaftarkan anak-anak mereka sejak usia dini.
Data dari satudata.kemenag.go.id mencatat, jemaah calon haji (JCH) Sulsel berusia di bawah 20 tahun mencapai 5.145 orang.
Meskipun secara umum jemaah masih didominasi oleh mereka yang berusia 40 tahun ke atas, kehadiran para jemaah muda menjadi angin segar bagi pelaksanaan ibadah haji di masa mendatang.
Tren ini juga membawa harapan baru. Generasi muda yang religius, tangguh secara fisik, dan memiliki semangat ibadah tinggi akan menjadi tulang punggung regenerasi spiritual bangsa.
Namun, sebagaimana diingatkan Ikbal, mereka juga harus menjaga niat, menjadikan ibadah sebagai tujuan utama, bukan sekadar perjalanan eksotis penuh foto dan oleh-oleh.
Di balik sorban putih dan gamis yang mereka kenakan, tersimpan harapan besar.
Harapan dari keluarga sabar menunggu, dari mimpi yang tak lekang waktu, dan dari generasi kini menapaki jejak Nabi dengan langkah-langkah penuh kesadaran.
Aji Lolo Jadi Titik Balik Hidup Irma
Tak harus menunggu uban menua, tak harus menanti pensiun tiba.
Di usia 28 tahun, Irma telah lebih dulu menjejakkan kaki di Tanah Suci.
Ia jadi salah satu jemaah haji termuda asal Kabupaten Takalar yang tergabung dalam Kloter keberangkatan tahun 2025.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.