Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PPA Makassar Dampingi Kasus Murid SD Tewas Diduga Akibat Dikeroyok Teman

Untuk memastikan penyebab meninggalnya MR, polisi pun melakukan autopsi terhadap jenazah almarhum.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Alfian
Tribun-Timur.com/Muslimin Emba
PENGANIAYAAN ANAK - Ketua Tim Reaksi Cepat (TRC) UPTD PPA Kota Makassar, Makmur ditemui beberapa waktu lalu. UPTD PPA Makassar mengawal kasus MR yang masih duduk di bangku kelas enam SD meninggal dunia diduga dikeroyok teman sekolahnya. 

Di atas kasur ruang perawatan kata Kartina, MR sempat menceritakan saat dikeroyok tiga orang pelaku yang dua diantaranya anak SD dan satu lainnya siswa SMP.

"Di rumah sakit itu cerita, dia (MR dibilang dipukul ki, kutanya berapa orang pukul ki, dia angkat tiga jarinya baru bilang tiga orang," kata Kartina terisak sambil mengusap air mata di depan ruang autopsi jenazah RS Bhayangkara, Makassar, Sabtu (31/5/2025) siang.

"Kemudian dia angkat jarinya satu baru bilang dia anak SMP. Dia angkat lagi jarinya bilang dua ini anak SD," ucapnya lagi.

Begitu juga dengan luka yang diderita, MR kata Kartina sempat menceritakan bagian tubuhnya yang sakit setelah diduga dikeroyok.

"Waktu mau di rotgen, ditanya sama dokter bilang 'apata dipukul nak?'. Dia (anakku) pegang tangannya dokter lalu diarahkan ke dadanya dokter bilang 'ini dokter'," ungkap Kartina.

"Ditanya bilang apata lagi. Dia tunjuk perutnya dokter. Baru masuk di ruangan ICU, saat dirancang ICU, di raba sama kakeknya," ucapnya lagi sambil menangis.

Sang kakek yang juga berada di ruang perawatan, lanjut Kartini, sempat menanyakan nama pelaku pengeroyokan cucunya itu.

Namun, sang kakek kata ibu enam orang anak ini, sudah tidak mengingat lagi nama yang disebut cucunya itu.

"Sempat ditanya sama kakeknya bilang siapa siapa pukulki nak, dia sempat menyebut nama satu, tapi dia lupa siapa namanya itu orangnya," sebut Kartina.

"Saya langsung tulis namanya itu orang. Sudahnya dia sebut, drop mi, tidak bisa mi sampainya di kasih pindah ke Rumah Sakit Faisal, kemudian meninggalmi kodong," tuturnya.

Selain itu, Kartina juga mengaku pernah mendapati baju MR yang sobek sepulang sekolah.

"Tidak taumi itu, karena robekki bajunya. Sempat saya tanya waktu pulang sekolah karena saya lihat robek bajunya, bilang 'berkelahiko', dia bilang 'tidak'," ungkap Kartina.

"Saya bilang pasti berkelahi ko, karena dia sembunyi. Pasti na sembunyi, dia pendamki sakitnya sampai pendarahan otak dia," sambungnya.

Kartina pun berharap besar kepada polisi bisa mengungkap kasus kematian putranya ini.

Ia tak ingin, MR meninggal dunia begitu saja tanpa mendapat keadilan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved