Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Framing Negatif Dokter dan Kesalahan Berpikir

Itulah sebabnya kurikulum pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi mesti dipikirkan oleh lembaga independen berupa kolegium yang bertindak otonom, ka

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
drg Rustan Ambo Asse SpPros, alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin 

Pada konteks ini harus dipahami bahwa muatan kurikulum pendidikan tersebut dibentuk oleh para ahli dibidangnya berdasarkan teori, pengalaman dan tentu tetap berlandaskan etika kedokteran.

Proses pendidikan PPDS dan PPDGS adalah proses pendidikan yang berjenjang menurut level kompetensi, itulah sebabnya dokter yang menempuh pendidikan spesialis terkadang mendapat didikan dari seniornya karena  sistem yang dibangun secara hirarki berjenjang menurut kemampuan dokter residen, namun tetap dalam pantauan konsulen.

Tak ada yang salah dari proses itu, pun jika ada proses yang tidak benar maka tugas Institusi pendidikan untuk evaluasi dan perbaiki, bukankah lebih bijak jika ada buah mangga yang busuk adalah memotong rantingnya bukan menebang pohonya.

Karena memotong pohon mangga itu sama dengan memangkas lahirnya banyak  buah mangga yang ranum.

Pelayanan Kesehatan

Perkembangan ilmu kedokteran gigi dan Kompetensi pada era sekarang memang telah mengalami Transformasi dan sekaligus transisi. 

Hal ini kurang lebih 45 tahun yang lalu juga dialami oleh dunia kedokteran di Indonesia. 

Keterbatasan dokter gigi di daerah terpencil , solusinya tentu bukan meningkatkan kompetensi tukang gigi.

Tapi bagaimana mendistribusikan tenaga dokter gigi secara merata di daerah-daerah melalui program Pegawai Tidak Tetap atau PTT seperti dulu tapi tetap memperhatikan kesejahteraan yang layak untuk mereka.

Program Nusantara Sehat yang ada sekarang sangat terbatas karena faktanya di daerah terpencil dan sangat terpencil prioritas mereka butuh dokter dan dokter gigi.

Namun jika hari ini  data menunjukkan adanya angka kesakitan gigi yang tinggi itu tidak hanya disebabkan oleh sebaran dokter gigi yang kurang akan tetapi lebih problematik dari itu adalah kurangnya perhatian khusus pemerintah terkait kesehatan gigi dan mulut masyarakat, hal itu terbukti dengan belum adanya alokasi anggaran khusus untuk aspek promotif dan preventif untuk kesehatan gigi dan mulut di Kementerian Kesehatan.

Patron kita dalam memberi pelayanan kepada masyarakat adalah pasien safety, bukan melangkah mundur dan menimbulkan masalah baru.

Dunia medis bukanlah dunia kompromi ketika berbicara tentang pelyanan kepada pasien.

Ada prosedur, ada standar alat kesehatan, standar kemampuan kompetensi yang semuanya telah dipelajari oleh seorang dokter gigi untuk bisa dianggap berwenang dan memiliki STR sebagai lisensi untuk merawat pasien.

Ada proses pendidikan dengan muatan kurikulum yang telah disahkan oleh kolegium kedokteran gigi sebagai standar pendidikan dokter gigi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved