Jusuf Manggabarani Meninggal
Jusuf Manggabarani, Dia Yang Dekat Wartawan dan Memimpin Sepenuh Hati di Sulsel
Suatu ketika Jusuf Manggabarani pergi memancing di tengah lautan. Dalam perjalanannya dia melihat sekelompok nelayan menangkap ikan …..
Oleh : Anno Suparno
Jurnalis Asal Makassar/Alumnus Fakultas Sastra Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Suatu waktu saat Kerusuhan Makassar tahun 1996 silam kemudian dikenal dengan nama Amuk Makassar.
Bara api menjilati gedung gedung dan beberapa rumah etnis Tionghoa di Makassar. Banyak warga Makassar berteriak lantang “bakar bakar, bakar” hingga melempari rumah.
Tak sedikit pula warga ketakutan sembunyi dibalik jendela dan menutup rapat rapat pintu rumahnya. Lalu kemudian penjarahan pun terjadi.
Tak selang berapa lama, sekelompok pria berbaju hitam gelap, membunyikan knalpot motor trailnya,meraung raung, memakai helm fulll face, senjata tergantung di pundak, mengitari kota Ujungpandang, nama Makassar saat itu. Setidaknya mereka bersepuluh.
Kelompok tak kenal takut ini membubarkan massa yang menjarah, menerbangkan motornya masuk hingga ke dalam rumah yang dijarah oleh warga, melintasi bara api. Seketika warga ketakutan, kota Ujungpandang pun lengang.
Dalam keheningan itulah beredar cerita tentang sekelompok motor maha berani tersebut, rupanya dipimpin oleh polisi asal Makassar yang bertugas di Jakarta dalam kesatuan Gegana. Jusuf Manggarabani yang masa itu tercatat sebagai Komandan Detasemen (Danmen) I Pusat Brigade Mobil (Brimob) Polri.
Dari sinilah nama Jusuf Manggabarani menggema dari mulut ke mulut. Seketika pun, warga Makassar yang tadinya riuh dan mengamuk secara perlahan mundur, diam dan tak ada lagi penjarahan.
“Kami banyak belajar dari Jenderal Jusuf Manggabarani saat itu. Tegas, disiplin dan tahu emosi orang-orang sekampungnya” ujar Kombes Pol Budhi Haryanto, mantan Kapoltabes Makassar yang menjadi anak buah Jusuf MB saat kerusuhan Amuk Makassar.
Ujungpandang pun damai.
Lalu sebulan pasca Amuk Makassar, Jusuf Manggabarani ditugaskan ke Ujungpandang sebagai Kapolwiltabes Makassar, Oktober 1997.
Kemudian Tiga tahun berselang, Jusuf Manggabarani kembali ke Sulsell saat ditugaskan sebagai Wakapolda Sulsel (1999) kemudian menjabat Kapolda Sulsel (2003).
Pada masa menjabat di Sulsel Jusuf Manggabarani dikenal sangat dekat dengan wartawan.
Bahkan dia merelakan ruangannya menjadi tempat nongkrong awak media. Lantaran kedekatan bosnya dengan media sehingga polisi di Sulsel pun membuka ruang bergaul bersama wartawan termasuk Kapolres, Kapolsek, Kasat, Kanit hingga Samapta sekalipun.
Beberapa kali Jusuf MB melakukan operasi lapangan di mana awalnya hanya diketahui oleh awak media yang infonya berasal dari Jusuf MB Termasuk ketika menggerebek salah satu THM yang tak pernah tersentuh di Makassar.
Dalam setiap operasinya Jusuf Manggabarani selalu mengikutkan wartawan khususnya kameraman tv. Baik saat operasi pencarian persembunyian pencuri ternak pada malam hari, pengedar narkoba, hingga pelaku pencurian dengan cara kekerasan.
Kisah Komjen Jusuf Manggabarani Temui Komandan: Tolak Jadi Kapolres, Maunya di Gegana Brimob Polri |
![]() |
---|
Reformasi 98: Jusuf Manggabarani dalam Ingatan Kami |
![]() |
---|
Kapolri Jenderal Listyo Antar Jusuf Menggabarani ke Peristirahatan Terakhir |
![]() |
---|
Sosok Komjen Jusuf Manggabarani, Azhar Gazali: Suka Jalangkote, Air Tahu dan Nonton Film Kungfu |
![]() |
---|
Aksa Mahmud: Jusuf Manggabarani Jenderal Pemberani dan Jujur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.