Opini
Back to Zero, Hormonal dan Budaya
Namun kenyataannya, godaan zaman modern seringkali menjerumuskan banyak pasangan pada permasalahan serius seperti perselingkuhan.

Oleh: dr Alwi Andi Mappiasse PhD
Pengajar Etika & Humaniora Kedokteran, Fak. Kedokteran Universitas BOSOWA
Chairman of Indonesia Health Observer (IHO) South Sulawesi
TRIBUN-TIMUR.COM - Dalam budaya Bugis-Makassar yang menjunjung tinggi nilai siri’ dan pangngadakkang, menjaga keharmonisan rumah tangga adalah bagian dari harga diri dan martabat keluarga.
Namun kenyataannya, godaan zaman modern seringkali menjerumuskan banyak pasangan pada permasalahan serius seperti perselingkuhan.
Isu ini mungkin jarang dibahas secara terbuka, tetapi bukan berarti tidak terjadi.
Justru karena pembicaraan soal relasi suami-istri masih dianggap tabu, banyak pasangan tidak mendapatkan edukasi yang tepat untuk mencegah keretakan hubungan.
Salah satu pendekatan yang kini mulai mendapat perhatian dalam dunia kedokteran dan psikologi adalah korelasi antara hubungan suami-istri di pagi hari dengan penguatan ikatan emosional yang saya sebut sebagai “Teori Back To Zero”, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan risiko perselingkuhan khususnya pada pihak laki-laki.
Meskipun terdengar sederhana, fenomena ini memiliki dasar ilmiah yang kuat dan patut disampaikan dengan bijak kepada masyarakat.
Hormon Testosteron dan Ritme Pagi Hari
Tubuh manusia memiliki ritme alami yang disebut sirkadian, yaitu siklus biologis yang memengaruhi hormon dan fungsi tubuh.
Pada laki-laki, kadar hormon testosteron yang berperan dalam semangat, gairah, dan motivasi terhadap pasangan mencapai puncaknya di pagi hari, antara pukul 07.00 hingga 09.00 1].
Jika saat itu terjadi kedekatan emosional dan fisik dengan pasangan, maka setelah itu tubuh akan mengalami penurunan gairah alami (refractory period) yang menekan keinginan untuk mencari afeksi atau hubungan di luar rumah 2].
Oksitosin: Hormon Pengikat Kasih Sayang
Setiap bentuk keintiman, apalagi yang diiringi dengan rasa saling percaya dan cinta, akan merangsang pelepasan hormon oksitosin, yang dikenal sebagai “hormon kasih sayang”.
Hormon ini memperkuat kelekatan dan membuat seseorang merasa lebih nyaman dan aman bersama pasangannya 3].
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.