Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Makan Siang di Sekolah: Kisah dari Jepang dan Pengalaman Pribadi Saya

Bagi seorang siswa, makan siang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan. Demikian juga kehidupan sehari-hari di sekolah.  Makan siang sebagai

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Michaela Azaria Sunarko, siswi SMAN 17 Makassar dan juara favorit I Lomba Esai Persahabatan Jepang-Indonesia 2024 

Kebutuhan gizi diatur oleh orang tua masing-masing, namun variasinya cukup beragam tergantung dari latar belakang sosial dan ekonomi keluarga. 

Salah satu hal yang menonjol dalam makan siang di sekolah Indonesia adalah budaya kebersamaan.

Siswa sering berbagi makanan dengan teman-teman mereka, suatu kebiasaan yang sangat positif dalam mempererat ikatan sosial.

Berdasarkan penelitian dari Jurnal Pendidikan Karakter yang diterbitkan pada tahun 2019, tradisi berbagi bekal di kalangan siswa tidak hanya mencerminkan solidaritas sosial, tetapi juga membangun rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.

Meski secara umum siswa di Indonesia menikmati makanan dari sumber yang beragam, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebersamaan yang terbangun melalui makan siang bersama memiliki dampak positif, terutama pada perkembangan psikososial anak.

Kebersamaan dalam makan siang di Indonesia juga memperkuat ikatan para murid, di mana mereka saling bertukar makanan dan bercengkerama dalam suasana yang hangat.

Sering kali, teman sekelas menjadi lebih akrab karena kebiasaan berbagi makanan ini, dan mereka belajar tentang pentingnya menghargai apa yang dimiliki serta berbagi dengan orang lain.

Nilai-nilai ini menjadi bagian dari pendidikan informal yang didapatkan di luar ruang kelas.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2021), interaksi sosial yang dibentuk melalui kebersamaan makan siang ini juga berkontribusi pada peningkatan kemampuan komunikasi dan kerja sama di antara siswa.

Namun, dari sisi gizi, masih ada beberapa tantangan.

Penelitian dari Kementerian Kesehatan Indonesia (2020) menunjukkan bahwa tidak semua bekal yang dibawa oleh siswa memenuhi kebutuhan gizi harian yang seimbang.

Sekitar 45 persen dari siswa yang diteliti cenderung mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan rendah serat, sedangkan konsumsi sayuran dan buah-buahan masih tergolong rendah.

Makanan di kantin sekolah pun bervariasi, namun sering kali lebih menarik bagi siswa untuk membeli makanan cepat saji seperti mi instan atau gorengan, yang dapat berkontribusi pada masalah kesehatan jangka panjang jika dikonsumsi secara berlebihan.

Di Jepang, makan siang di sekolah dilakukan secara lebih terstruktur melalui program yang dikenal dengan istilah kyushoku.

Sistem kyushoku dirancang dengan memperhatikan keseimbangan nutrisi secara ketat. Makanan yang disediakan dirancang oleh ahli gizi, dengan tujuan memberikan asupan gizi yang seimbang kepada setiap siswa.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved