Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Bachtiar Adnan Kusuma

Chaidir Syam, Akademi Literasi Masjid dan Epilog Ramadhan

Dalam beragam dan corak ikut serta meramaikan Ramadhan, penulis mengingatkan bahwa Ramadhan telah menjadi tempat dan pusat pembinaan ruhani Islam.

Editor: Sudirman
dok pribadi/bachtiar
OPINI - Bachtiar Adnan Kusuma, Penggerak Akademi Literasi Masjid Indonesia, Ketua GPMB Kabupaten Maros 

Penulis dengan 60 orang peserta Akademi Literasi Masjid Maros dari berbagai utusan masjid dan komunitas mengawal dan memotivasi terus menerus lahirnya buku-buku baru dari tangan mereka.

Caranya dengan memberikan pembimbingan intensif bagaimana menulis yang baik.

Tak cukup hanya menulis, tapi menerbitkan apa yang ditulis dan bisa menjadi bacaan di setiap perpustakaan masjid yang ada di Maros. Namanya, Gerakan Satu Masjid, Satu Buku.
 
Bercermin Dari Bupati Maros, Dr. A.S.Chaidir Syam, S.IP.M.H.
 
Penulis kembali memberikan apresiasi tinggi pada Bupati Maros, Dr.H.A.S.Chaidir Syam, S.IP. M.H. yang telah mendorong terus menerus partisipasi masyarakat agar ikut serta memajukan pembudayaan minat baca di Kabupaten Maros.

Contoh, Chaidir Syam berhasil mendorong partisipasi kolosal masyarakat melalui peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyaraat (IPLM) tahun 2024 menjadi 91,04 dari 83,70 pada 2023.

Demikian pula, Tingkat Kegemaran Membaca(TGM) tahun 2024 berada diangka 90,94 tertinggi di Sulawesi Selatan, mengalahkan Provinsi Sulawesi Selatan hanya berada diangka 74,46 dan TGM Nasional diangka 72,44.

Sebagai aktivis dan pegiat literasi, penulis memberi apresiasi pada Bupati Maros Chaidir Syam yang telah konsisten dan terus menerus mengambil peran dan mengajak seruan pentingnya sinergid an kolaborasi semua pihak memajukan literasi di kabupaten Maros.

Mengapa penulis konsisten terus menerus mendorong tumbuhnya budaya literasi masyarakat dari masjid-masjid kita?

Sederhana saja jawabannya, budaya membaca dan budaya menulis di Indonesia belumlah menjadi budaya memasal, massif dan berkesinambungan.

Makanya, dibutuhkan gerakan terus menerus mengajak masyarakat membaca.

Selain karena membaca belum menjadi kebutuhan pokok masyarakat, membaca juga belum menjadi gaya hidup masyarakat.

Nah, diperlukan keterlibatan semua pihak, bukan hanya Perpustakaan Nasional, Pemerintah Provinsi, Kab dan Kota, tapi semua unsur dan satuan masyarakat, satuan pendidikan, satuan keluarga dan satuan masjid wajib menjadi pilar utama menumbuhkan ekosistem budaya membaca di Indonesia.

Pertama, gerakan membaca dan gerakan menulis tidak cukup hanya diucapkan atau disampaikan melalui forum-forum resmi, tapi lebih penting lagi dikerjakan, diamalkan dan dilakukan.

Penulis acapkali menyaksikan ada kelompok atau pihak tertentu hanya mengajak dan menjadikan literasi sebagai industri, namun penerapannya tidak berjalan dengan baik.

Inilah yang penulis sebut pseudo literasi. Artinya, mengajak orang lain membaca, tapi dirinya sendiri tidak membaca.

Kedua, menggerakkan budaya membaca, tapi menanggalkan budaya menulis. Padahal, budaya membaca dan budaya menulis ibarat dua keping mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved