Wawancara Eksklusif Tribun Timur
Yusran Lalogau: Setiap Tanda Tangan Saya di Atas Kebijakan Harus Berdampak bagi Masyarakat
Podcast Gebrakan Sang Pemimpin tayang di Youtube Tribun Timur, Sabtu (22/2/2025), Yusran Lalogau memaparkan program prioritas yang akan dijalankan.
Penulis: Hasriyani Latif | Editor: Hasriyani Latif
Rencana kolaborasi lain?
Kami juga berupaya berkolaborasi dengan kementerian untuk membangun infrastruktur di wilayah kepulauan. Salah satunya adalah membangun dermaga atau pelabuhan kecil yang layak bagi masyarakat kepulauan. Selain itu, kami telah mengoperasikan beberapa kapal besi untuk melayani empat kecamatan kepulauan. Tahun ini, kami akan menambah satu kapal lagi, sehingga total ada lima kapal yang beroperasi untuk melayani masyarakat di sana.
Pemerataan akses pendidikan?
Kami memiliki inovasi agar anak-anak di kepulauan tetap bisa melanjutkan sekolah tanpa harus berpindah pulau. Misalnya, jika di Pulau A hanya ada SD dan SMP-nya ada di Pulau B, maka guru SMP dari Pulau B akan mengajar langsung di SD Pulau A setelah jam sekolah selesai. Dengan sistem ini, anak-anak tidak perlu bolak-balik antar-pulau setiap hari, yang tentunya berisiko terutama saat cuaca buruk.
Layanan kesehatan?
Kami telah membangun beberapa puskesdes dan puskesmas di beberapa pulau serta mendirikan rumah sakit pratama di Pulau Sailus, Kecamatan Liukangng Tangaya. Ini penting karena sekarang ibu hamil harus melahirkan di fasilitas kesehatan, bukan di rumah. Dengan adanya fasilitas ini, angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan.
Langkah lain?
Kami juga menyediakan kapal ambulans di semua puskesmas kepulauan agar pasien darurat bisa segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Selain itu, kami bekerja sama dengan PLN menghadirkan inovasi Super Sun di beberapa pulau yang memberikan akses listrik dan jaringan komunikasi.
Dengan adanya jaringan ini, tenaga kesehatan dapat berkomunikasi dengan dokter untuk melakukan diagnosis awal sebelum pasien dirujuk lebih lanjut.
Tata kelola pemerintahan?
Kedisiplinan. Misalnya, bagi pegawai yang bertugas di kepulauan, saya menegaskan bahwa daftar hadir harus diketahui oleh kepala desa atau lurah setempat. Jika tidak, kami tidak akan mengakui kehadirannya.
Ini penting untuk memastikan bahwa pelayanan pendidikan dan kesehatan benar-benar diberikan kepada masyarakat di kepulauan, sehingga mereka mendapatkan layanan yang sama dengan masyarakat di daratan dan pegunungan.
Upaya dukung ekonomi berkelanjutan?
Contoh sektor utama adalah perikanan. Dulu, ketika orang tua kita melempar udang atau ikan ke empang, hasilnya selalu melimpah. Sekarang, ada risiko ikan tidak tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, kami berkolaborasi dengan kampus-kampus di Sulsel untuk mencari solusi berbasis ilmu pengetahuan agar sistem perikanan bisa lebih optimal dan berkelanjutan.
Saya sering mengibaratkan empang seperti akuarium. Jika akuariumnya bersih, ikan akan tumbuh dengan baik. Tetapi jika airnya kotor, ikan akan sulit bertahan hidup. Oleh karena itu, kami menggunakan teknologi seperti kultivator untuk memperbaiki kualitas tanah di empang, mirip dengan cara membalik tanah di pertanian menggunakan hand traktor. Dengan metode ini, racun seperti amonia yang menumpuk di dasar empang bisa terangkat dan ekosistem perikanan menjadi lebih sehat.
Ekonomi kreatif?
Alhamdulillah, sektor pengolahan hasil perikanan sudah berkembang. UMKM yang dulu hanya menjual secara lokal kini telah mengekspor produk olahan seperti abon ikan bandeng hingga ke Jepang dan Arab Saudi. Ini sejalan dengan arahan Presiden, yaitu jangan hanya mengekspor bahan mentah tetapi olah dulu agar nilai jualnya lebih tinggi. Hal ini juga kami dorong di sektor pertanian, seperti pengolahan sorgum menjadi beras atau kue.
Dukungan terjun ke politik?
Saya dulu sekolah di sekolah Islam saat SD dan SMP, lalu mencoba SMA negeri. Di sana, saya menemukan beberapa hal yang berbeda. Misalnya, ada sekolah yang bagus, tetapi kenapa sekolah negeri tidak bisa bersaing? Saya merasa sarana dan prasarananya juga harus di-upgrade.
Selain itu, saya bertemu dengan teman-teman dari latar belakang ekonomi yang berbeda. Saya melihat ada teman yang setiap bulan harus pindah rumah karena kosnya tidak terjangkau lagi. Dari situ, saya mulai berpikir bagaimana agar semua orang bisa hidup dengan nyaman.
Jadi motivasi?
Saya ingin bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat. Awalnya, saya masuk DPRD untuk memperjuangkan aspirasi mereka. Setelah itu, saya dipercaya menjadi Ketua DPRD, lalu akhirnya diberikan amanah menjadi bupati. Tidak semua orang bisa menjadi bupati dan saya sadar bahwa setiap tanda tangan saya di atas kebijakan harus berdampak bagi masyarakat.
Peran orang tua?
Selalu menunjukkan kehidupan sosial yang ada di masyarakat. Ketika saya memutuskan untuk masuk DPRD, saya minta izin dulu. Mereka bilang "Kalau itu yang kau inginkan, silakan. Kami akan mendukung". Saya percaya bahwa jika orang tua sudah merestui, InsyaAllah akan berhasil. Selain itu, istri dan keluarga besar juga selalu mendukung perjalanan politik saya.
Tantangan jadi anggota DPRD usia muda?
Alhamdulillah, orang tua saya sudah memperlihatkan sejak awal bahwa kondisi sosial masyarakat itu beragam. Tidak semua orang memiliki kehidupan yang sama. Dari situ, saya mulai berpikir, apa yang bisa saya lakukan untuk membantu masyarakat.
Jadi, ketika masuk DPRD, saya tidak terlalu merasa kaku. Apalagi, di bangku kuliah pun saya sudah terbiasa dengan kegiatan pengabdian masyarakat, seperti KKN. Itu menjadi bekal untuk saya memahami kondisi masyarakat.
Kuliah dan politik secara bersamaan?
Saya masih menyusun skripsi sambil berjuang mencari suara. Berat juga, tapi Alhamdulillah tetap bisa diimbangi. Organisasi di kampus jalan, kuliah juga tetap jalan. Teman-teman di kampus juga sangat mendukung. Saat awal masuk DPRD, saya tidak terlalu canggung. Tapi, yang membuat saya bingung justru ilmu pemerintahan. Saya belum paham tentang APBD, bagaimana cara memasukkan aspirasi, dan sebagainya.
Menghadapinya?
Saya sadar bahwa sebagai anak muda, kuncinya adalah mau belajar. Tidak ada yang langsung ahli di awal. Yang susah itu kalau kita hanya ingin terlihat gagah dengan status, tapi otak kosong. Itu malah memalukan. Tapi kalau mau belajar, InsyaAllah tidak ada yang akan meremehkan kita. Semua orang pasti butuh proses.
Pesan untuk pemuda?
Jangan takut mencoba. Tidak semua yang kita rencanakan akan berjalan mulus, tapi kalau kita berusaha dan menjalani prosesnya, InsyaAllah akan ada hasilnya.
Saya pribadi pernah mencoba berbagai usaha, seperti menjadi tukang fotokopi dan tukang laundry. Saya tahu rasanya jatuh bangun dalam usaha, tapi yang penting adalah terus melanjutkan dan tidak berhenti di tengah jalan. Pengalaman itu tidak bisa dibeli, hanya bisa dicari.
Jangan berhenti membaca. Ilmu yang kita miliki sekarang belum tentu cukup. Teruslah belajar dan membaca agar kualitas diri kita semakin meningkat.
(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)
Cerdas Kendalikan Hama: Ingat, Tikus Itu Cerdas dan Adaptif |
![]() |
---|
Pesan Waisak 2025: Kendalikan Tiga Akar Kejahatan |
![]() |
---|
Cerita Herdianto Marzuki Ketua DPRD Morowali, Alumnus UMI Pilih Ngekos 2 Periode |
![]() |
---|
Kunci Haji Mabrur: Jaga Niat, Pulang Jadi Pribadi Bermanfaat |
![]() |
---|
Aplikasi NITA: Bisa Top Up Kartu hingga Pantau Kondisi Jalan Tol Makassar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.