Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Qudratullah

Tagar KaburAjaDulu: Respons terhadap Realitas atau Hanya Budaya Digital?

Ungkapan ini sering digunakan di media sosial sebagai respons terhadap situasi yang tidak menyenangkan terhadap realitas sosial.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Tagar KaburAjaDulu: Respons terhadap Realitas atau Hanya Budaya Digital?
Dr Qudratullah MSos
OPINI - Dr Qudratullah MSos Dosen Institut Agama Islam Negeri Bone

#KaburAjaDulu dapat merefleksikan ketakutan individu untuk tertinggal dalam pengalaman yang lebih baik.

Media sosial memperkuat dorongan ini dengan menampilkan kehidupan orang lain yang tampak lebih menyenangkan dan bebas dari kesulitan.

Sehingga seseorang yang merasa tidak nyaman dalam suatu situasi akan cenderung mencari jalan keluar cepat demi pengalaman yang lebih memuaskan. 

Misalnya, dalam dunia kerja, seseorang mungkin memilih untuk meninggalkan pekerjaannya bukan karena mereka telah mempersiapkan langkah selanjutnya, tetapi karena merasa ada kesempatan lain yang lebih menarik yang tidak boleh dilewatkan. Padahal, kesempatan di tempat lain seharusnya dipahami secara detail agar tidak mengalami kekecewaan.

Misal, jika menganggap bekerja di luar negeri adalah hal yang menjanjikan, maka perlu untuk mengetahui lebih dalam bagaimana gaya dan taraf hidup di negara tersebut.

Bukan hanya itu, budaya kerja juga harus dipahami jika ingin bekerja di luar negeri. 

Secara umum, gaya hidup tidak bisa disamakan dengan hidup di Indonesia.

Tentunya perlu penyesuaian yang bisa saja sangat berbeda jauh dengan gaya hidup di Indonesia.

Paling penting adalah menyiapkan diri bekerja di luar negeri, juga telah memahami risiko-risiko yang bisa saja terjadi.

Salah satunya tidak dapat berkumpul dengn keluarga setiap saat. Namun, fenomena #KaburAjaDulu yang ramai digunakan di media sosial tidak selalu mencerminkan pemahaman mendalam dari para penggunanya.

Banyak orang menggunakan tagar ini hanya untuk ikut-ikutan tanpa benar-benar memahami esensi di baliknya.

Di era digital, tren media sosial sering kali berkembang dengan cepat dan banyak individu ikut serta dalam tren tersebut tanpa mempertimbangkan makna atau implikasinya.

Penggunaan tagar ini awalnya berkembang sebagai ekspresi ringan untuk menggambarkan keinginan seseorang untuk menghindari situasi yang tidak nyaman.

Namun, dalam praktiknya, banyak orang menggunakannya dalam berbagai konteks tanpa menyadari bahwa menghindar bukan selalu solusi terbaik.

Sebagian orang mungkin menggunakannya sekadar untuk mengikuti tren tanpa merasakan tekanan nyata dalam kehidupan mereka, sementara yang lain menjadikannya sebagai justifikasi untuk tidak menghadapi masalah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved