Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Meraih Kualitas Hidup Yang Selaras Dengan Jam Biologis

Sang konduktor berada jauh di dalam otak, bagian kecil yang disebut sebagai Suprachiasmatic Nucleus (SCN).

Editor: Sudirman
Dr Ignatius Ivan Valentino Soemiady SpPD
Dr Ignatius Ivan Valentino Soemiady SpPD, Spesialis Penyakit Dalam RS Stella Maris Makassar 

Oleh: dr Ivan Valentino Soemiady, SpPD

Internis Prodia dan Botolempangan Medical Centre Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - KAPAN kita merasa lapar, mengantuk, atau dorongan untuk buang air besar terjadi secara otomatis dalam keseharian sampai kadang tidak kita sadari bahwa ada sistem dalam tubuh yang mengatur bagaikan sebuah orkestra yang dipimpin konduktor handal.

Sang konduktor memastikan setiap komponen memainkan peran masing-masing dengan baik sehingga sensasi dan dorongan yang timbul dapat dirasakan dan ditanggapi tubuh dengan respon yang sesuai guna menjaga homeostasis tubuh agar tetap stabil dan seimbang.

Sang konduktor berada jauh di dalam otak, bagian kecil yang disebut sebagai Suprachiasmatic Nucleus (SCN).

Letaknya tepat di atas Chiasma Optic, persilangan kedua saraf optik yang berasal dari mata yang masuk ke dalam otak.

Beberapa serabut saraf dari Chiasma Optic melakukan penetrasi ke SCN guna menghantarkan informasi keadaan lingkungan yang gelap atau terang yang diindera oleh mata kita.

Dari informasi keadaan (intensitas cahaya) lingkungan inilah SCN menentukan “jam biologis” alias ritme sirkadian tubuh sehingga kita secara alami keroncongan saat jam makan tiba, bangun atau kantuk di jam tertentu, suasana hati yang berubah-ubah maupun tingkat energi serta konsentrasi yang meningkat atau menurun di waktu tertentu dalam sehari.

Jam biologis yang diatur oleh SCN ini tidak persis sama masing-masing orang, terletak di antara dua ekstrem si Night Owl dan si Morning Lark, dimana yang pertama disebut juga sebagai manusia malam yang cenderung aktif di malam hari serta waktu tidur yang lebih larut dibandingkan yang kedua, si manusia pagi yang bangun sebelum matahari terbit dan cenderung lebih merasa berenergi, mempunyai daya konsentrasi tinggi di pagi sampai menjelang sore hari.

Merujuk ke intensitas cahaya lingkungan yang cenderung tinggi di pagi sampai menjelang sore hari, maka SCN sebenarnya terprogram untuk cenderung ke manusia pagi yang aktif saat matahari bersinar terang dan istirahat di malam hari.

Dikotomi mulai muncul saat intensitas cahaya serta durasi pajanan cahaya ke mata manusia semakin meningkat terlepas dari terbit tenggelamnya matahari.

Berawal mula dari penemuan bola lampu, perangkat elektronik seperti TV dan komputer sampai ke gawai yang terus menerus merangsang SCN dengan cahaya yang ditimbulkan sehingga jam biologis mulai bergeser semakin larut.

Tuntutan dunia kerja yang semakin kompetitif sehingga kerja lembur dan sif malam menjadi hal lumrah dan tak terhindarkan melahirkan disinkronisasi antara tubuh dan jam internalnya.

Disinkronisasi ini menimbulkan kesulitan untuk tidur di malam hari atau mempertahankan tidur selama 7-8 jam setiap malam serta kesulitan bangun di pagi hari saat jam kerja atau sekolah dimulai sehingga menimbulkan social jet lag dimana jam biologis kita masih di zona istirahat namun lingkungan menuntut tubuh untuk aktif bekerja.

Gangguan tidur di atas dalam jangka pendek meningkatkan tingginya angka kecelakaan kerja yang sering berakibat fatal akibat menurunnya daya konsentrasi , contoh seorang dokter yang keliru meresepkan obat karena kelelahan dan kurang tidur setelah sif kerja yang panjang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved