Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

44 Hari Pimpin Sulsel, Prof Fadjry Puji Sekda Jufri Rahman Lihai

Prof Fadjry pun menyampaikan kesan terindah selama memimpin kampung halamannya Sulawesi Selatan.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/FAQIH IMTIYAAZ
AKHIR JABATAN - Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Prof Fadjry Djufry di Kantor Gubernur Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Senin (17/2/2025). Prof Fadjry sangat bahagia bisa belajar menjadi gubernur di kampung halaman. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Prof Fadjry Djufry menjalani hari terakhir sebagai Pj Gubernur Sulawesi Selatan.

Andi Sudirman Sulaiman, Gubernur Sulsel terpilih akan dilantik Presiden Prabowo di Istana Negara, Kamis (20/2/2025).

Terhitung 44 hari Prof Fadjry menjadi orang nomor satu di Sulsel.

Prof Fadjry pun menyampaikan kesan terindah selama memimpin kampung halamannya.

"Banyak hal yang saya pelajari dan saya banyak belajar dari interaksi dan diskusi yang kita lakukan bersama ini, dan saya rasa meskipun saya asli Sulawesi Selatan tetapi ini berbeda," kata Prof Fadjry di Rujab Gubernur Sulsel, Rabu (19/2/2025).

Prof Fadjry mengapresiasi kerja sama seluruh Kepala OPD lingkup Pemprov Sulsel.

Prof Fadjry bersama istri mengaku mendapat sambutan yang begitu baik selama menjabat di Sulsel

"Pertama saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas penerimaannya, sejak saya bertugas di Sulawesi Selatan ini, sejak 7 Januari sampai nanti pada saatnya hari Kamis secara resmi Gubernur definitif dilantik," lanjut Prof Fadjry Djufry.

Secara khusus ia mengakui bagaimana kelihaian Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulsel Jufri Rahman.

Jufri Rahman disebutnya begitu sigap bisa memahami bagaimana arah dan keinginan pimpinan dan bawahan. 

"Saya mengakui Pak Sekda betul-betul menguasai aturan dan hafal sampai detailnya. Alhamdulillah bersama beliau banyak hal yang diputuskan bersama," tutur Prof Fadjry Djufry.

Menurut dia, Sulsel semua berbeda tapi itulah yang membuat semua bisa bersatu. 

Bagi dirinya perbedaan pendapat itu biasa saja. 

"Saya selalu belajar, jika ingin menjadi pimpinan yang baik, harus bisa menjadi bawahan yang baik. Tidak mungkin bisa menjadi atasan yang baik kalau tidak pernah menjadi bawahan yang baik. 

Jadi seorang bawahan harus memahami karakter pimpinannya, pimpinan bisa berganti siapa saja tetapi kita penduduk asli disitu jadi kita harus konsisten mengetahui karakter pimpinan kita, kita yang menyesuaikan, bukan pimpinan yang menyesuaikan kita," katanya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved