Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Guru Besar Unhas Kritik Monopoli Pengelolaan Dapur MBG di Sulsel: Terlalu Mencolok

Guru Besar Unhas, Prof Aminuddin Syam, menyoroti pengelolaan 41 dapur MBG di Sulsel. Ia menilai skema koperasi lebih tepat.

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Sukmawati Ibrahim
ist
DAPUR MBG - Guru Besar Unhas, Prof Aminuddin Syam (kiri). Ia mengkritik pengelolaan dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai berpotensi monopoli. Sementara itu, Pembina Yayasan Yasika Group, Yasika Aulia Ramadhani (kanan), mengungkap telah menghadirkan 41 unit dapur MBG di Sulsel. 

Ringkasan Berita:
  • Guru Besar Unhas, Prof Aminuddin Syam, menilai pengelolaan dapur MBG berisiko monopoli jika tidak melalui koperasi. 
  • Ia menyebut setiap dapur membutuhkan Rp1–1,5 miliar dan perputaran uang bisa mencapai miliaran rupiah per bulan. 
  • Skema koperasi dinilai lebih tepat agar manfaat ekonomi kembali ke masyarakat. Yasika Aulia Ramadhani diketahui mengelola 41 dapur MBG di Sulsel.
 
 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Aminuddin Syam, menyoroti persoalan pengelolaan dapur Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Sebelumnya, program MBG dikelola oleh Yasika Aulia Ramadhani (20), putri Wakil Ketua III DPRD Sulsel Fraksi Gerindra, Yasir Machmud.

Yasika diketahui mengelola 41 unit dapur MBG di Sulawesi Selatan (Sulsel). 

Prof Aminuddin menilai Kooperasi Merah Putih sebenarnya dapat menjadi model pemberdayaan ekonomi masyarakat jika dikelola dengan tepat.

Koperasi ini sudah terbentuk di sejumlah desa di Sulsel dan memiliki akses modal dari pemerintah maupun lembaga terkait.

Menurutnya, setiap dapur MBG membutuhkan anggaran sekitar Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar.

Dengan skema koperasi, risiko usaha seharusnya ditanggung bersama.

Baca juga: Pekerjaan Yasika Anak Yasir Machmud Kuasai Dapur MBG Sulsel, Usia Baru 20 Tahun

“Nah, kalau koperasi yang dipakai, tidak akan menimbulkan monopoli besar. Oke lah, mungkin 1–2 dapur tidak masalah, tetapi kalau sampai 41 dapur, itu sudah terlalu mencolok,” ujarnya, Kamis (20/11/2025).

Ia menegaskan, jika koperasi diberdayakan, manfaat ekonomi akan kembali ke masyarakat.

“Keuntungannya jelas. Tidak ada kerugian. Anggota bisa saling menopang, misalnya ada kelompok penyedia sayur, protein, vitamin, mineral, buah, dan sebagainya,” jelasnya.

Prof Aminuddin menghitung, dengan keuntungan Rp1.000 per porsi dikali ribuan porsi per hari, lalu dikalikan jumlah dapur, perputaran uang bisa mencapai miliaran rupiah per bulan.

“Kalau uang sebanyak itu berputar di masyarakat atau anggota koperasi, itu luar biasa,” katanya.

Meski demikian, ia mengingatkan pengelolaan dapur bukan pekerjaan sederhana karena ada standar keamanan pangan yang harus dipenuhi.

“Bahkan orang yang punya pengetahuan saja masih bisa membuat kesalahan sampai menyebabkan keracuna. Apalagi kalau hanya orang biasa yang dilatih tiga bulan,” ujarnya.

Menurutnya, hal paling rawan adalah proses pemasakan dan kondisi bahan makanan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved