Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun UMKM

Kisah Pasutri di Pinrang Bangun Bisnis Bakery dari Modal Rp50 Ribu, Kini Omzet Rp250 Juta

Pasutri di Pinrang memulai bisnis bakery Lylo Donut dengan modal Rp 50 ribu, kini beromzet Rp 250 juta per bulan dengan 30 karyawan..

Penulis: Rachmat Ariadi | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun-timur.com/rachmat ariadi
Owner Lylo Donut, Herman dan Suhermi saat ditemui Tribun-Timur.com. Dari modal Rp 50 ribu, pasangan suami istri ini kini meraih omzet Rp 250 juta per bulan dengan bisnis bakery Lylo Donut. Kisah inspiratif mereka bisa jadi contoh! 

TRIBUN-TIMUR.COM, PAREPARE -- Di balik kesuksesan, ada istri yang hebat. 

Kalimat ini cocok menggambarkan perjalanan bisnis pasangan suami istri di Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), Herman Andi Paturusi dan Suhermi.

Keduanya sukses membangun bisnis bakery yang dinamakan Lylo Donut sejak 2015 yang kini memiliki tiga cabang dan 30 karyawan.

Herman mengaku, dirinya membangun bisnis bersama istrinya benar-benar dari nol.

Di tahun 2014, awalnya keduanya mengelola sebuah kafe milik keluarganya, namun memutuskan untuk meninggalkan kafe tersebut setelah bermasalah dengan pihak keluarga.

"Keluar dari sana (kafe) betul-betul tidak ada pendapatan. Mana banyak beban utang yang harus kami bayar," katanya saat ditemui Tribun-Timur.com, Selasa (14/1/2025).

Saat itu, Herman dan Suhermi harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan dan membiayai anak-anaknya yang masih bersekolah.

Suatu hari, Herman yang sedang merenungi nasib keluarganya melihat jajanan pasar yang dititipkan ke tetangga rumahnya untuk dijual. 

Herman pun bergegas meminta sang istri untuk ikut membuat kue dan dititipkan ke tetangga.

Baca juga: Jlo Donuts Bone, Donat Cita Rasa Unik Hanya Rp3 Ribu

Bermodal uang Rp 50 ribu di kantongnya, Herman dan Suhermi nekat membuat kue dan menjualnya dengan titip ke tetangga-tetangga rumah.

"Saya ingat uang tinggal Rp 50 ribu di kantong, itu uang sekolah anak-anak. Saya suruh ibu bikin kue, karena modal sedikit adonan jadi cuma satu kilo atau setengah kilo," ungkapnya.

"Apa ya, kalau dibilang pintar buat donat tidak juga, cuma dasar-dasar saja dan bahan seadanya. Tapi Alhamdulillah laku terus saat itu," lanjut sang istri, Suhermi.

Donat yang dijajakan Herman dan Suhermi mendapat respon positif dari masyarakat Pinrang.

Namun, keduanya tidak puas dengan hal tersebut. 

Mereka terus mengembangkan usaha dengan mendatangi warkop-warkop hingga sekolah, menitipkan donat buatannya untuk dijual dengan sistem bagi hasil.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved