Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Serangan Fajar Adalah Pil Pahit Bagi Pilkada

Seringkali kita mendengar menjelang besok pencoblosan, baik itu pilpres, pileg dan pilkada yang dekat ini.

Editor: Sudirman
Ist
Andi Yahyatullah Muzakkir, Founder Anak Makassar Voice 

Oleh: Andi Yahyatullah Muzakkir

Founder Sekolah Kota dan Anak Makassar Voice

TRIBUN-TIMUR.COM - “Tidak mungkin kita pilih, tidak ada uangnya!”

Seringkali kita mendengar menjelang besok pencoblosan, baik itu pilpres, pileg dan pilkada yang dekat ini.

Kata-kata yang keluar dari pihak pemilih “adaji uangnya”, “menunggu serangan fajar”, “sudah terinput data-data pemilih,” basis sudah dikandangkan menunggu logistik”, atau yang terakhir “tidak mungkin kita pilih, tidak ada uangnya”.

Berikut uraian-uraian yang saya dengar dan sering amati secara langsung maupun melalui media sosial.

Maka secara tidak langsung sesungguhnya kita telah menggali kubur kita sendiri.

Secara mendasar demokrasi membuka ruang kompetisi, tapi arus pragmatisme, money politics, sistem beli putus adalah arus besar yang mendominasi pada tiap-tiap momentum termasuk pilkada dalam waktu dekat ini.

Malahan kita sebagai masyarakat yang sangat besar pengharapannya mengambil keuntungan dengan model serangan fajar.

Pertanyaan yang timbul, apakah kita menginginkan pemimpin yang baik atau pemimpin yang banyak uang, dan menang karena uang?

Memang benar, semua kalangan bicara tentang serangan fajar. Ini fenomena yang membuktikan bahwa money politics adalah sesuatu yg tidak bisa dihindari.

Kultur politik kita sesungguhnya makin tidak mendidik masyarakat, para pemilih yg dikesankan cerdas pun juga tidak lepas dari jerat itu.

Sehingga, diperlukan upaya bersama untuk mengubah secara radikal sistem pemilu kita.

Sehingga, timbul kewajiban-kewajiban para pemimpin pada masa yang akan datang, antara lain Pertama, tugas utama para pemimpin saat ini adalah menyadari kerusakan sistem kita, dan harus ada upaya serius membenahinya.

Bagi calon pemimpin yang sadar, tentu tidak mengambil bagian dalam permainan itu dan sedikit demi sedikit mengubah cara dia memenangkan kekuasaan.

Dengan kata lain tidak akan menggunakan serangan fajar dengan menyiram uang para pemilih yang telah terdata oleh masing-masing team.

Kedua, para calon pemimpin harus menyadari secara mendasar bahwa menang dengan menggunakan uang adalah cara menang dengan tidak terhormat.

Sebagai pemilih, kita juga harus ikut andil bahwa pemimpin yang terpilih kelak adalah pemimpin yang bersentuhan langsung dengan kita.

Yaitu pemimpin yang dapat kita nilai baik dari sisi kapasitas, intelektualitas, kiprah, dedikasi, integritas, serta berpengalaman di dunia pemerintahan dan khususnya di eksekutif.

Selanjutnya, kalau kita ingin membenarkan bahkan membudayakan serangan fajar, dengan menunggu uang pada hari H untuk meyakinkan kita, maka sesungguhnya kita telah terbeli.

Hati nurani telah kita abaikan, serta etika dan prinsip kita telah gadaikan pada momentum pilkada kali ini.

Tetapi, secara pragmatis, kita tidak dapat menyalahkan siapa-siapa, karena mayoritas masyarakat memang membutuhkan uang.

Sebab, pemerintah belum berhasil mensejahterakan masyarakat kita.

Semua pilihan ada di tangan kita. Semoga pemimpin yang lahir dan hadir kelak semata-mata ingin bekerja dan memikirkan kemajuan daerah dan kesejahteraan dan kemaslahatan kita.

“Tolak money politics, kita memilih pemimpin yang baik!”

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved