Opini
Apa Salah RMS, Dia Hanya Kampanye!
Itu menyusul pernyataan RMS di panggung kampanye Calon Gubernur dan Wakil Gubenrur Sulsel di Lapangan Bosowa Kabupaten Pinrang.
Oleh: Mulawarman
Jurnalis, Alumni Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Telah sepekan, Rusdi Masse Mappesessu dikenal dengan akronim RMS menjadi trending media sosial.
Itu menyusul pernyataan RMS di panggung kampanye Calon Gubernur dan Wakil Gubenrur Sulsel di Lapangan Bosowa Kabupaten Pinrang, di depan ratusan warga masyarakat Pinrang.
Dari atas panggung kampanye itu, RMS menyebut ada calon Wagub yang mengaku sebagai warga Pinrang, namun belum memberikan sesuatu yang berarti bagi masyarakat Pinrang.
Meski tanpa menyebut nama, rupanya, ada beberapa pihak, elite partai, elite Ormas, dan elite Organda tertentu yang terpancing.
Alih-alih ingin merusak citra seorang RMS, dengan pemberitaan pernyataan kampanye RMS itu, malah berpotensi semakin menaikan dan bahkan menurunkan popularitas seorang sang calon.
Ilmu pengetahuan memberikan kita demokrasi, dan atas nama demokrasi Pilkada digelar menjadi panggung bagi rakyat untuk memilih pemimpinnya secara langsung.
Lalu untuk mengetahui persis calon pemimpin mereka, layak atau tak layak, mampu atau tidak mampu, punya visi atau tidak punya visi, rekam jejaknya bisa diteladani atau tidak bisa diteladani, Pilkada memberi ruang terbuka yang namanya Kampanye, debat calon atau debat kandidat, untuk masyarakat menguji calon pemimpinnya.
Di ruang terbuka kampanye itu, setiap calon pemimpin dan para pendukungnya, bebas menyuarakan aspirasi dan perspektifnya.
Hal ini dijamin UU Pemilu dan UU Partai Politik. Di sisi lain, publik pun akan memiliki preferensi sendiri, terhadap calon yang akan didukungnya.
Setiap orang berhak meyakinkan masyarakat untuk mendukung dan memilih pemimpin pilihannya. Sehingga masyarakat bisa melihat rekam jejak calon yang betulan akan bekerja atau tidak. Mereka calon itu, diuji di kampanye, di eksekusi di bilik suara Pilkada.
Publik penting untuk melihat perkara ini dalam kacamata yang lebih jernih. Agar jangan malah jadi boomerang, atau membuat publik malah menjadi antipati kepada beberapa pihak itu, karena publik merasa dibodohi.
Mereka elite partai, Ormas dan Organda tertentu itu, mau orangnya atau kadernya jadi calon pemimpin di Sulsel, tapi tidak mau orangnya yang menjadi calon itu, rekam jejaknya ditelisik, dikritisi dan diuji oleh publik.
Kampanye dan Uji Publik
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.