Opini
Tak Pernah Merencanakan Masa Depan
Di desa ini, Pabittei memang cukup terpandang. Selain karena memangku jabatan kepala sekolah, rasa hormat tumbuh berkat asal-usul Pabittei.
Ia khawatir Madek tumbuh menjadi anak manja. Akibatnya, ia kerap berebut dengan orang tua tersebut untuk mengasuh Madek.
Namun, lazimnya, Pak Pabittei terpaksa mengalah terhadap kegigihan Daeng Maccinong hendak merawat cucunya. (A.Amiruddin Nakhoda dari Timur).
Hari ini, 25 Juli 2024, genap 92 tahun kelahiran A.Amiruddin yang oleh banyak orang akrab disapa Pak Amir.
Beliau telah hadir dalam blantika birokrasi di Sulawesi Selatan dengan banyak catatan yang positif.
Ketika orang memprihatinkan lenyapnya etika, integritas, disiplin, ketegasan, dan kesederhanaan serta tumbuhnya nepotisme dan korupsi, di kekinian, mereka akan terkenang dengan Pak Amir.
Pada dirinya sifat-sifat itu mengakumulasi sebagai satu prinsip yang mematri keras dan kental pada dirinya.
Pak Amir mengajarkan kita banyak pelajaran. Beliau adalah seorang visioner, selalu berpikir ke depan.
Kita tidak pernah membayangkan bagaimana beliau menghadapi tantangan untuk memindahkan Kampus Universitas Hasanuddin dari Baraya ke Tamalanrea yang jaraknya 10 km dari pusat Kota Makassar dan kemudian terwujud dan diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 17 September 1981.
Sifat visioner ini juga berlanjut ketika Pak Amiruddin menjabat Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 1983 s.d. 1993.
Orang selalu mengingatnya dengan gagasannya yang terkait dengan Tri Konsep Pembangunan Sulawesi Selatan, yakni perubahan pola pikir, perwilayahan komoditas, dan petik-olah-jual.
Pemikiran Amiruddin tersebut berlanjut hingga kini sebagai bentuk sustainability leadership, yakni kebijakan atau program pemimpin sebelumnya dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin berikutnya.
Bukan sebaliknya seperti empat tahun terakhir ini. Banyak proyek gubernur sebelumnya menjadi terbengkalai pada masa kepemimpinan gubernur berikutnya.
Pak Amir mengajarkan kita tentang seorang pemimpin yang tidak memikirkan dirinya sendiri.
Beliau mengader sosok pemimpin sejak menjadi mahasiswa dan birokrat muda.
Mereka, para aktivis mahasiswa dan birokrat muda itu dipersiapkan dan diberi kesempatan memikul tanggung jawab sebagai kader-kader pemimpin. Terbukti apa yang dilakukan Pak Amir itu kemudian terwujud.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.