Opini
Mindset Buku dan Meluruskan Arah Gerakan Literasi Sekolah
SETIAP menyambut Hari Buku Nasional HBN pada 17 Mei 2024, penulis selalu diliputi rasa haru dan bahagia.
Alasannya, selain jumlah perpustakaan terbesar kedua di dunia adalah Indonesia, dalam berbagai kesempatan menunjukkan semangat berkegiatan literasi di berbagai daerah, khususnya Sulawesi Selatan dan Indonesia umumnya menunjukkan
peningkatan yang sangat signifikan.
Buktinya, Tingkat Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan pada 2023 berdasarkan survei kajian
Perpustakaan Nasional RI, Sulsel menempati urutan pertama dengan angka 86, 74 kategori tinggi.
Menggeser Jogyakarta yang selama bertahun-tahun berada di urutan pertama terbaik IPLM di Indonesia.
Meluruskan Arah Pembelajaran Literasi
Dalam berbagai kesempatan penulis berkunjung di setiap satuan pendidikan baik yang berada di Sulsel maupun di luar Sulsel, sebagian besar pustakawan dan guru-guru menyampaikan keluhan kalau nilai literasi di rapor pendidikan pada satuan pendidikan SMA SMK belum menggembirakan.
Penulis diundang berbicara di depan para Kepsek SMA SMK se Sulsel pada kegiatan Rakor Pendidikan yang digelar Dinas Pendidikan Sulsel, pada 30 Mei 2024 di Dalton Hotel, Makassar.
Penulis menawarkan grand desain pemulihan Literasi Sekolah di tingkat SMA SMK di Sulawesi Selatan.
Konsep dan Langkah Strategi pemulihan Literasi Sekolah penulis segera serahkan kepada Kadis Pendidikan Sulsel, H.Andi Iqbal
Nadjamuddin, S.E. dan Dr. Muchlis, S.Pd.M.Pd. Kabid GTK Dinas Pendidikan Provnsi Sulsel.
Sebab, penulis yakin ukuran penguatan literasi di Indonesia ditentukan tiga pilar kekuatan yaitu pilar pertama keluarga, kedua satuan pendidikan dan ketiga satuan masyarakat, sesuai amanah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Karena itu, benarlah apa yang dikemukakan seniman Austria, Franz Kafka bahwa buku harus menjadi kampak untuk menghancurkan lautan beku dalam diri manusia.
Adapun lautan beku yang dimaksud Franz adalah kebodohan manusia.
Kebodohan manusia hanya mampu dihancurkan dengan membaca buku.
Bukankah hanya dengan membaca buku bisa menghancurkan kebodohan manusia?
Selanjutnya, penulis meluruskan pembelajaran literasi sekolah dan literasi keluarga sebaiknya menata kembali mindset kita.
Mindset kata Carol S.Dweck, penulis buku Mindset mencoba meluruskan arah penguatan literasi sekolah, mestinya menggunakan growth mindset, bukan fixed mindset.
Growth mindset meluruskan bahwa pembelajaran literasi sebaiknya menganut faham bertumbuh dan berani keluar dari zona nyaman.
Karena hanya dengan mindset bertumbuh menekankan pembelajaran literasi tak hanya bertumpu semata kepada siswa-siswi,
tapi lebih penting lagi orang tua dan guru menjadi soko guru terdepan memajukan pendidikan literasi siswa-siswa.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.